TIGA PULUH DUA

20K 2K 217
                                    

Holla, para pecinta Mas Garin. Tunjuk tangan!

Siapa yang suka komentar next ka?
Siapa yang udah kangen?
Siapa yang udah rindu?
Siapa yang nggak sabar?

Nih, setelah sekitar 20 hari tidak ada kabar. Akhirnya ewel update, mon maaf untuk keterlambatan dari ewel. 🤗

Selamat membaca.

*

*

*

*

*

Aku mengucek mataku. Sudah pukul berapa sekarang. Mataku yang sudah terbuka paksa meski tidak lebar mulai mencari keberadaan jam dinding dalam kamar. Setelah kutemukan, aku lihat jarum jam dinding mengarah pada angka 5 dua-duanya.

Sudah pukul setengah enam, batinku.

Aku bangkit dari tidurku. Merenggangkan leher dan punggungku. Mas Garin masih damai dalam tidurnya di sampingku. Tampang suamiable-nya muncul kalau sedang tidur begini. Tentram kalau si Masnya lagi tidur. Tidak banyak bicara. Aku goyangkan bahunya pelan dan berbisik tepat di telinganya.

"Mas, Mas Garin, ayo bangun" bisikku.

"Nggh" dia terganggu karena ulahku. Dikibaskan tanganya di sebelah telinga, ia sepertinya kegelian karena napasku yang berhembus di telinganya.

Melihatnya yang merasa terganggu membuat ujung bibirku terangkat. Aku goncang lebih keras bahunya dan menaikkan suaraku. Kali ini tidak lagi di telinganya. Aku menjauhkan wajahku dan membangunkannya seperti biasa.

"Mas Garin, bangun!" aku menginterupsi dirinya agar cepat bangun.

Selimut yang sejak awal menutupi tubuhnya hanya sebatas dada, kini ia naikkan untuk menutupi wajahnya. Mas Garin menyembunyikan wajahnya di balik selimut dan menutupi telinganya sendiri.

"Bangun! Ayo!" aku goncang lebih keras lagi tubuhnya. Tanganku ikut menarik selimut ke bawah, berlawanan arah dengan arah tarikan Mas Garin yang ke atas menutupi wajahnya.

"Apa, sih, Na!" Mas Garin menggerutu setelah menyerahkan selimut itu untuk berhasil aku tarik ke bawah. Membebasakan wajah bantalnya.

"Bangun Mas" kataku, menepuj pelan bahunya agar ia segera tersadar dari tidurnya "jadi suami itu harus bangun pagi, biar rejeki anak sama istrinya nggak dipatuk ayam" nasihatku.

Dia menggaruk tengkuk kepalanya sendiri saat aku berbicara "ck, pagi-pagi nggak usah ceramah" dia berdecak, sangat tidak suka karena tidurnya aku ganggu.

"Aku kasih tau, nih."

"Iya" katanya dengan nada yang dibuat-buat agar aku segera menghentikan perkataanku.

Mas Garin bangkit dari posisi tidurannya menjadi duduk, ia bersandar di punggung ranjang sama sepertiku. Mas Garin mengusap wajahnya, berusaha menyadarkan dirinya sendiri.

"Cuci muka sana!" aku menyuruhnya.

"Udah?" dia malah bertanya padaku.

Aku nyengir di depannya masih dengan wajah bantal, sama denganya, lalu menggeleng "ya kamu dulu, lah, Mas, bangunin kamu butuh effort" kataku.

Dia berdecak karena aku yang mencari alasan.

"Susah dibangunin, semalam ngapain sih? orang gak ngapa-ngapain" gerutuku padanya. Sekalipun tidak sesusah itu membangunkan dirinya kali ini.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now