DELAPAN BELAS

17.8K 1.4K 59
                                    

Setelah kejadian aku memaksa pulang dari supermarket, dua hari lalu itu. Waktu itu kami langsung sama-sama langsung tidur saat pulang dari Supermarket. Aku sedang bad mood dan tidak minat untuk banyak berbicara. Mas Garin juga, ia begitu pengertian dengan tidak banyak bicara semalam. Ikut tidur dengan membiarkan diriku memeluknya. Aku cuma butuh diamnya.

Pagi hari kami lalui seperti beberapa hari sebelumnya. Bangun, sarapan dan Mas Suami berangkat kerja. Hanya berdua, terasa sepi tanpa kehadiran Ken. Aku juga tidak berminat membahasnya lagi. Begitupun dengan Mas Garin yang tidak bertanya atau sekedar penasaran pada keadaanku. Dua hari ini seperti kami saling melupakan itu. Entah kenapa aku juga jadi kepikiran dan tidak suka banyak bicara pada Mas Garin.

Saat waktu senggang kadang pikiran dan bayangan bertemu lagi itu menganggu diriku. Dan itu juga yang membuatku kehilangan minat untuk melakulan apa-apa. Kemarin saat Mbak Saras menawarkan agar aku datang ke acaranya. Aku lebih memilih untuk diam saja di rumah. Takut-talut bertemu lagi dengan seseorang yang aku hindari. Takut? Pada orang itu, tidak. Aku hanya tidak nyaman dan tidak suka.

Aku memilih menyibukkan diri dengan menonton acara masak-masak di televisi atau sekedar mencari sinetron dengan ceritanya yang berbelit-belit saja. Daripada memikirkan orang yang tidak jelas.

"Mau kemana Bi?" tanyaku pada Bi Nar yang sudah berdiri di pintu utama rumah ini.

"Itu Bu mau lihat ada tukang sayur baru, siapa tau jualan sayurnya lengkap" jelas Bi Nar padaku.

Aku mengangguk mempersilahkannya untuk keluar. Aku berdiri mengambil air ke dapur. Membasahi tenggorokanku yang sudah kering sejak tadi dengan segelas air dingin. Aku diam sejenak. Tanpa memikirkan apapun. Hingga aku putuskan untuk ikut Bi Nar melihat tukang sayur daripada hanya diam saja di dalam rumah. Aku berjalan ke luar rumah. Celingak-celinguk mencari Bi Nar, kemana dia berada.

"Ada apa, Bu?" tanya Pak Yon melihat diriku yang celingukan.

"Bi Nar mana, pak?" tanyaku balik.

"Itu Bu, lagi belanja ke tukang sayur" katanya.

Aku berjalan keluar pagar yang sudah dibukakan oleh Pak Yon. Aku melirik ke arah yang Pak Yon tuju. Disana sudah ada tukang sayur dengan mobil yang ia sulap seperti gerobak sayur untuk jualan. Sudah ada beberapa ibu-ibu yang tinggal di sekitar rumah kami.

Aku berjalan ke arah sana. Aku di sambut dengan senyuman ramah ibu-ibu rumah tangga yang sedang berbelanja.

"Eh, Mbak Gina, sini!" ajak ramah Bu Clara, pemilik rumah sebelah rumah kami.

"Ini siapa?" tanya Bu Dian pelan pada Bu Clara.

Sepertinya dia baru melihatku di daerah ini. Karena katanya Bu Dian baru pulang dari kampungnya sebulan yang lalu. Jadi kami belum saling mengenal. Aku tahu namanya karena saat ia kembali aku lihat keluarganya berbenah rumah. Rumah Bu Dian ada sekitar lima rumah dari rumahku. Dan waktu itu Mas Garin yang memperkenalkan saat kami sedang jalan pagi-pagi.

"Istrinya Pak Garin" timpal Bu Rahayu yang mendengar pertanyaan Bu Dian, selaku istri pak RW.

"Oalah" katanya menepuk pundakku yang aku balasi dengan senyuman "Dian, maaf loh mbak, saya baru balik jadi nggak tau kalau mbak istrinya Pak Garin" katanya memperjelas. Ia berbicara dengan ceria dan aku tebak dia tipe orang yang cukup cerewet plus banyak orang.

"Ibu, mau cari apa Bu?" tanya Bi Nar padaku yang baru datang. Karena tadi aku tidak ingin ikut dan sekarang malah datang tiba-tiba.

"Iya Bi, mau lihat-lihat dulu" kataku pa Bi Nar.

Bi Nar mengangguk mengiyakan. Ia melihat-melihat sayuran yang ada sepertiku dan beberapa ibu-ibu lainnya.

"Silahkan Bu, ini sayurnya masih fresh, baru datang pagi tadi" kata penjual sayurnya yang kami panggil 'Mas' karena terlihat masih muda, ia terlihat lebih muda dariku setahun-dua tahun "Bu, ini ada daging kambing muda, tinggal satu" mas-mas penjual yang aku ketahui bernama Jati itu menawarkan bahan Limited Edition pada kami.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now