ENAM PULUH LIMA

11.8K 1.4K 229
                                    

Long time no update, semoga masih ada yg nungguin, hehehe.

Seperti biasa, need help to correct my typo 🍀

*

*

*

*

*

"Jam berapa ini?" tanyaku pada diri sendiri saat pertama kali membuka mata.

Aku merengangkan tanganku seperti aktivitas bangun tidur biasanya. Melirik tempat kosong di sampingku.

"Dia sudah bangun" batinku, menyadari ketidakberadaan Mas Garin di sana.

Aku melihat sekeliling kamar kami yang cukup terang pencahayaannya. Membuatku reflek bangun, mendudukan tubuhku. Aku kucek mataku menghilangkan rasa kantuk saat menyadari bahwa ini sudah tidak sepagi itu. Kamar kami sudah disinari matahari dari arah balkon yang terbuka. Langsung kusingkap selimut tebal yang menutupi kakiku untuk aku turun dari ranjang. Aku raih ponselku saat tidak sengaja benda itu menampakkan dirinya. Kulihat pukul berapa sekarang di layar ponsel.

Aku meringis saat menyadari bahwa sekarang bukan pagi lagi, sudah melewati waktu itu. Bisa dibilang pukul 10 pagi, tapi ada yang bilang pukul 10 sudah memasuki waktu siang. Bodo amat dengan perbedaan penyebutan waktu itu. Faktanya aku kesiangan. Sambil menggaruk kepalaku aku berpikir dimana keberadaan Mas Suami sekarang. Aish, aku harus bersikap bagaimana di depannya nanti. Mengingat kejadian semalam dimana aku hanya tertidur setelah lelah menahan tangisanku, bahkan aku mendiami Mas Garin saat ia berusaha untuk memahamiku. Memilih diam dan akhirnya tidur saat ia menanyakan aku kenapa, menghiraukam dirinya yang entah sampai kapan mengelus punggungku dan mengatakan kata maaf sesekali untuk membuatku tenang.

Ah, aku pasti sudah gila mendiami Mas Garin. Aku hanya terlalu sensitif saja. Mas Garin juga tidak tahu apa alasanku menangis semalam. Semakin memikirkannya semakin aku ingin menggaruk kepalaku. Memalukan.

"Dia pasti sudah pergi bekerja" aku mengangguk-angguk mempercayai pemikiranku. Sedikit lega karena harus menunda untuk bertemu dengannya, memikirkan alasan untuk tingkahku semalam.

"Iya, ini udah siang kan."

"Dia sarapan nggak ya?" ingatan bahwa aku tidak memasak untuknya membuat kakiku yang akan melangkah berhenti.

"Dia bisa beli, dia bisa makan di restaurant-nya atau caffe atau dimana aja" aku mengangguk lagi, menyetujui pemikiranku.

Aku mengecek ponselku, lagi "tapi ini hari minggu, dia biasanya nggak kerja" aku menutup mulutku yang mengeluarkan kalimat itu saat sadar hari ini hari apa.

"Ey, tapi hari ini bakalan grand launching, Mas Garin pasti udah di rumah makan ngecek-ngecek" kataku, menengok bahwa kamar terasa sepi, aku letakkan ponselku dan berjalan menuju kamar mandi.

"Shh, tanya Bi Nar aja deh" aku memutar tubuhku.

Aku menggeleng, berbalik arah lagi menuju kamar mandi "bekerja adalah hal penting buat Mas Garin, dia pasti nggak ada dirumah" aku memutuskan mempercayai itu, aku berjalan ke arah kamar mandi sambil mengangguk-angguk "kita mandi dulu terus tanya bi Nar."

Saat berada di depan pintu kamar mandi aku berhenti "jangan-jangan dia di dalam" batinku, ragu untuk membukannya.

"Ck, ia kerja" kataku dengan percaya diri.

Tok tok

Suara ketukan pintu kamar dari luar. Aku meliril ke arah pintu.

Tok tok tok

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now