'TIGA PULUH'

23.8K 1.9K 122
                                    


"Ken! itu bajunya langsung masukkin ke ruang cuci" aku berteriak pada Ken, anak itu sudah masuk duluan. Tinggal aku dan Mas Garin di dalam mobil, berdua.

Kami baru pulang dan hari sudah sore. Semenjak obrolanku dan Mas Garin di parkiran pemakaman. Aku setuju untuk menuruti perkataanya. Sambil menunggu hasil interview kerjaku. Aku akan membantu Mas Garin mengelola beberapa cafe dekat dengan rumah. Seperti hari ini. Dia menjemputku untuk pulang, kemudian kami menjemput Ken pulang dari sekolahnya.

"Mas."

"Hmm."

"Lepasin seatbelt-nya dong" pintaku, berpura-pura susah melepasnya.

Mas Garin yang baru saja melepas seatbelt-nya melirik diriku bergantian dengan ujung seatbelt "Ck, lepas sendiri, jangan manja" dia turun setelah mengatakan itu. Aku cemberut melihatnya, jadinya aku lepas sendiri seatbelt di kursi penumpang yang aku duduki.

"Mas! Tas kamu!" teriakku dari dalam mobil, Mas Garin. Meninggalkan tas kerjanya di dalam mobil. Nanti kalau dia butuh, tidak ketemu. Ujung-unjungnya diriku juga akan repot. Padahal dia yang lupa.

"Bawain, Na!" seperti biasanya, menyuruh istrinya.

Aku menghela napas. Menatap tas kerja miliknya sebelum kuambil dan turun dari mobil. Menutup pintu mobil Mas Garin dan aku menghampiri dirinya yang masih di depan pintu.

"Ma!"

"Ya" aku menjawab panggilan Ken yang kembali ke depan.

"Ada Mas Rizky di dalem" kata Ken, dengan hanya menyembulkan wajahnya dari pintu.

"Om!" koreksi Mas Garin.

Ken tidak menyahuti, anak itu kembali masuk.

"Ngapain? Masuk! Adik kamu" perintah Mas Garin karena aku cuma berdiri di tempatku tadi dengan wajah cemberut.

"Hm"

Aku belum benar-benar memaafkan anak itu. Bandel banget. Sejak awal kuliah, aku sudah mewanti-wanti dirinya agar tidak bekerja. Tetap nekat. Aku marah. Iya, kemarin. Tapi, sekarang sudah berkurang. Hanya, masih kecewa pada Rizky yang terkesan meremehkan diriku.

"Na!" panggil Mas Garin, lagi, ia sambil melepaskan sepatunya.

"Sini Mas" aku minta sepatu yang baru ia lepas.

"Gak usah" ia menolak.

Tapi, sepatu yang tergeletak di lantai itu langsung aku ambil dua-duanya. Mas Garin membiarkan saja. Aku memberikan isyarat supaya Mas Garin masuk terlebih dahulu. Tidak mau banyak berdebat hanya karena siapa yang lebih dahulu masuk. Aku masuk, setelah Mas Garin masuk. Di sofa ruang tamu sudah ada Rizky yang duduk. Tengah berbicara dengan Ken. Aku memilih mengembalikan sepatu Mas Garin ke tempat sepatu biasanya. Mas Garin menghampiri Rizky. Anak itu menyalami Mas Garin, sebagai kakak iparnya.

"Aku ke atas dulu ya, Mas" pamit Ken pada Rizky. Ken, anak itu sudah kepingin mandi sejak kami menjemputnya.

Setelah mengembalikan sepatu milik Mas Suami ke asalnya. Aku menghampiri kedua lelaki yang penting di hidupku. Sama-sama membuatku marah kemarin. Bedanya, yang satu sudah meminta maaf padaku, manis ganteng dan suamiku juga sudah aku terima penyelesaian dari masalah kami berdua. Satunya, sudah minta maaf, tapi aku masih kesal padanya, Rizky.

"Mbak" sapa Rizky dengam senyuman padaku. Ia hendak menyalamiku. Tapi, aku bedalih.

"Tangan Mbak kotor, nih" aku menunjukkan kedua telapak tanganku pada Rizky. Aku tidak bohong, aku habis menyentuh sepatu Mas Garin.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now