D U A

35.5K 2.6K 98
                                    

Aku melirik jam dinding berkali-kali dengan greget. Sudah pukul tiga sore tapi anakku belum pulang juga. Kemana sih anak itu. Seharusnya kan si Ken pulang pukul dua siang. Ini sudah telat satu jam dari jadwalnya. Biasanya aku yang jemput itu anak. Eh, tadi siang saat aku udah siap mau berangkat ke sekolahannya dia telepon, katanya mau pulang bareng temannya. Aku terima saja, kadang dia juga menolak dijemput olehku, dan diantar salah satu temannya. Namanya juga anak remaja, mungkin malu masih di jemput sama Mamanya. Padahal Mamanya cantik kayak gini.

Haduh, sombong kamu Gina.

Anakku Ken itu baru aja masuk SMA. Satu bulan setelah pernikahanku sama Mas Garin. Nggak pernah ada di benak aku, nikah dapet bonus anak remaja yang ganteng kayak bapaknya. Kirain Mas Garin punya anak cowok yang baru masuk TK, eh ternyata udah jadi remaja aja. Kalau inget gini jadi sadar suamiku itu sudah berumur, tapi tetap aja ganteng kok. Aku kadang senyum-senyum sendiri menertawakan hidupku. Baru nikah sudah disibukkan dengan masalah daftarin sekolah anak remaja. Aku nggak kaget sih, dulu waktu Rizky sekolah juga aku yang daftarin. Cuma sedikit bingung aja, cari berkas ini itu, nunggu ngurus yang baru kan aku baru jadi keluarganya satu bulan nggak penuh. Belum kepala tiga udah punya anak gedhe gitu.

Akhirnya aku putuskan untuk mengirim pesan pada Ken. Nggak masalah kalau dia main, yang penting ngabarin atau sekadar pulang dulu ganti baju. Nggak tahu apa, nyuci seragam itu anak susahnya minta ampun. Pulang-pulang nggak pernah bersih itu baju. Apa saja yang anakku lakukan di sekolahnya.

Ini satu jam lagi Mas Suami bakalan pulang. Bisa-bisa banyak pertanyaan kalau anaknya belum ada di rumah. Aku juga bingung harus jawab apa kalau Mas Suami tanya.

"Assalamualaikum Ma" baru pulang anakku ini.

"Waalaikumsalam, dari mana kok baru pulang"

"Tadi habis main bentar ke rumah teman aku Ma" dia lepas sepatunya, kelihatannya anak itu capek banget.

"Lain kali kamu kabarin Mama dong, atau pulang dulu ganti baju, nanti kalau Papa kamu tanya Mama kan bisa jawab" aku lihat dia mengangguk.

"Taruh di tempatnya nak" suruhku dengan sabar. Anak ini kalau dikasih tau susah sekali. Nanti ujung-ujungnya aku yang beresin kalau dia lupa.

"Iya Ma, maaf" anak ini mencium pipiku, ngalem deh. Jurusnya ini loh bikin aku jadi nggak tegaan kalau marahin dia "Ma sambelnya yang pedas" pintanya.

"Hm"

Aku akui Ken sama Mas Garin itu banyak miripnya kalau masalah taste makanan. Sambel itu harus pedas. Makanan pedas apapaun termasuk cabe. Aku bisa makan apa saja, cuma masalahnya aku nggak tahan sama makanan pedas. Aku team manis dan mereka berdua tim gurih.

Selesai memasak untuk makan malam aku langsung mandi. Biar nanti Mas Garin pulang aku sudah cantik. Sekali-kali lah kasih hadiah buat suami tampil cantik kalau dia pulang biar betah di rumah.

Buru-buru aku turun, setelah melihat mobil Mas Garin sudah masuk ke halaman rumah.

Suamiku ini pulang kerja aja masih ganteng, bikin pengen meluk deh.

"Sini Mas" aku raih tas dari tangan Mas Garin, lalu membantunya melepas jas. Ini tugas istri bukan, melayani suami dengan baik.

"Nggak ada yang ketinggalan kan" 

Dia menoleh lalu menggeleng ke arahku. Wajahnya masih datar.

Suka banget aku ngejahilin Mas Garin, lihat ekspresi wajahnya yang datar-datar tampan itu loh bikin aku tambah suka ngejeknya. Nggak baik kamu Gina jadi istri.

"Takutnya nanti dasi kamu ketinggalan di Resto" godaku, manis banget Mas Garin.

"Kamu udah mandi" dia ngejek nih. aku tarik kata-kataku, Mas Garin nggak manis sekarang.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now