'EMPAT PULUH'

18K 1.9K 250
                                    

Hari ini rumah Om Yanto cukup sibuk. Mulai dari mereka yang datang untuk men-dekorasi rumah ini juga halaman luar, katering sampai para mbak-mbak make up artist juga sudah datang.

Mas Garin? Jangan tanyakan suamiku ke mana. Pastinya dia sudah pergi bekerja. Mengurus restaurant-nya, di karena kan, orang kepercayaannya sedang cuti hari ini. Mempersiapkan diri untuk melamar sepupu tercantikku. Dia langsung pergi untuk bekerja setelah sarapan dengan dua lembar roti yang disatukan oleh olesan selai coklat. Ada untungnya Mas Garin beralasan kemari dengan membawa parfum-ku, karena setelah aku pikirkan lagi, aku tidak membawa parfum satupun untuk kemari.

Setelah kepergian Mas Garin. Aku tentu saja sibuk membantu mengurus ini itu sambil mengikuti permintaan Si Mbak perfectionist. Membantu melihat apakah semua sudah sesuai keinginan si empunya acara.

Dekorasi sudah jadi hampir 90 persen. Hanya tinggal dibagian halaman yang masih perlu beberapa pemanis untuk mempercantik jalan para keluarga masuk ke rumah. Katering juga sudah datang, mareka hanya perlu menata makanan di tempat yang sudah disiapkan dan membuatnya hangat.

Sekarang sudah pukul 4 sore. Aku sedang memakan makan siangku. Lebih bisa dikatakan makan sore karena sudah lewat jam makan siang. Aku tadi memesan ayam kremes dan es cendol secara online. Melihat orang-orang berkeliaran di sana-sini membuatku cukup lapar.

Acaranya akan dimulai sekitar pukul 7 malam. Satu jam lagi persiapan akan selesai. Dan Mbak Saras mungkin akan mulai make up setelah ini. Dari ruang makan aku masih bisa melihat dirinya berdiri di depan pintu, mengawasi mereka-mereka yang sedang mendekorasi.

"Ky" panggilku pada Rizky dengan mulut penuh.

"Hmm" sahutnya yang sedang asyik nyemil kue kering sebagai salah satu kudapan acara.

"Makan mulu, tuh, Mbak Saras" Rizky mengikuti melihat ke arah yang aku tuju "suruh duduk atau siap-siap, dari tadi berdiri aja di situ" aku menyuruhnya.

"Biarin" katanya fokus lagi memilih rasa kue kering lain untuk ia makan.

Aku hanya berdecak, "sana ah, Rizky!" panggilku lagi karena dia tidak mendengarkanku "tarik duduk sini aja, deh" suruhku lagi.

Akhirnya dia menurutiku dan berjalan ke arah Mbak Saras. Aku lihat dari sini, mereka sedikit cek-cok seperti biasa. Tapi, Rizky tetap bisa membujuk Mbak Saras untuk ikut duduk dengan kami di meja makan.

"Udahlah Mbak, aman semuanya, selesai pasti" kataku meyakinkan "udah makan siang belom?" tanyaku basa-basi sembari menghabiskan kremesan.

"Udahlah, telat nanya."

Aku nyengir saja padanya.

"Ini masih lamaran aja Mbak, santai, belum nanti wedding, acaranya lebih besar lagi, lebih ribet, percaya aja sama mereka" aku memberikan sedikit nasihat padanya sebagai orang yang sudah merasakannya.

"Mending Lo makan" kata Rizky, menyuapi sebuah kue kering pada Mbak Saras.

Aku menyelesaikan makanku "Mbak mendingan chat Pak Lino, jangan sampe lupa ngelamar nanti" candaku.

Mbak Saras hanya memprotes dengan tatapan padaku karena mulutnya sibuk mengunyah.

"Mending sekarang Mbak siap-siap buat make up atau rebahan atau duduk-duduk aja, udah kayak mau nikah aja" gumamku.

"Iya-iya tau, yang udah ngerasain nikah" sahut Mbak Saras.

"Apaan sih, kan cuma ngomong aja" gerutuku.

Mbak Saras mengambil alih es cendol dari genggamanku dan menyeruputnya sedikit "ya udah Mbak ke kamar, nanti kalau ada yang nyariin."

"Oke."

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now