LIMA PULUH DELAPAN

17.8K 1.6K 357
                                    

Hari ini restaurant Mas Garin akan dibuka kembali setelah diperbaiki. Sekarang aku tengah mempersiapkan sarapan untuk Ken dan bapaknya. Masakannya dibuat oleh tangan Bi Nar. Aku memintanya memasakan sesuatu yang mudah saja untuk mempersingkat waktu memasak. Karena aku tidak punya waktu banyak untuk ikut membantunya.

"Ken tadi udah bangun belum, ya?" gumamku seorang diri. Tadi sudah aku gedor-gedor pintunya agar ia cepat bagun dan sudah ia sahuti pula. Aku menata piring dan sendok untuk kami bertiga makan. Berencana menghampiri Ken lagi ke atas. Sekalian bapaknya, udah selesai mandi atau belum.

"Bi Nar minta tolong panasin air buat kopinya bapak" pintaku sebelum naik ke lantai atas untuk membangunkan Ken. Aku langsung mengetuk pintu kamar Ken saat sudah di depannya.

"Ken!" panggilku sekali. Namun, masih belum ada jawabannya. Aku mengetuk dan memanggilnya beberapa kali lagi sampai terdengar sahutan dari Ken.

"Iya, Ma" sahut Ken dari dalam kamarnya.

"Ken udah bangun, kan?" tanyaku.

"Iya" jawabnya yang hampir tidak terdengar.

"Udah mandi, loh, ya?" tanyaku lagi makin keras, aku berasumsi dia jauh dari pintu.

"Iya."

"Iya apa?" tanyaku memastikan.

"Iya Ma, iya" jawabnya dengan nada yang nampak asal jawab saja.

"Iya-iya, apa? Buka dulu pintunya" pintaku karena ia tidak meyakinkan.

"Iya udah" jawabnya makin kekeuh.

"Buka dulu, buka" tidak ada jawaban dari Ken "Ken, buka dulu nggak! Mama nggak mau ngapa-ngapain" perintahku padanya.

Kriet.

Akhirnya pintu kamar Ken itu terbuka. Nampak dirinya yang masih belum memakai seragam.

"Belom siap?" tanyaku padanya, sambil masuk nyelong ke kamar tanpa minta izin padanya. Ken berjalan ke arah lemarinya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Iya, aku cepet kok kalau mandi, sepuluh menit pasti udah di meja makan" sanggahnya, masih mencoba membela diri.

"Astaga! Belum mandi juga kamu, ini udah jam enam, nak, mandi dulu" suruhku "kamar juga berantakan, Mama udah bilang selesai di pakai kembaliin" gerutuku pada Ken yang ternyata sudah tidak ada di tempatnya yang tadi, ia sudah masuk ke dalam kamar mandi dan menyalakan shower. Aku buka gorden juga jendela kamarnya agar cahaya dan udara bisa masuk ke dalam. Mana masih ada gelas-gelas dan botol yang tidak ia kembalikan, yang paling bikin aku gregetan adalah kemasan snack yang tidak ia masukkan ke dalam tempat sampah. Seperti percuma saja aku siapkan tempat sampah di kamarnya. Ini pasti sisa kemarin dengan teman-temannya. Sekalin, aku tarik seprai dari kasur Ken, melepaskan semua sekaligus, mulai dari bantal hingga gulingnya.

"Buruan ya, nanti kamu telat, senin suka mecet" teriakku pada Ken di depan kamar mandi.

"IYA Mama" balasnya ikut berteriak.

Selesai dengan kamar Ken, aku beralih ke kamar kami. Menengok, sudah selesai mandi atau belum Mas Garin. Aku membuka pintu kamar dan saat aku masuk ke dalam. Saat aku berjalan menuju kamar mandi, aku langsung disuguhi pemandangan pagi yang menyegarkan mata, pemandangan Mas Garin yang masih bertelanjang dada tengah merapikan rambutnya dengan memakai pomade di walk in closet kami. Aku ingatkan kalau walk in closet kami memang tanpa sekat atau penutup. Mungkin karena Mas Garin terbiasa menjadi jomblo, eh single selama 8 tahun.

"Khem" aku berdehem untuk memberikan tanda padanya bahwa aku ada di ini, ia menoleh sekilas "baju kamu mana, sih, dari tadi nggak di pakai" gerutuku.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now