DUA PULUH DELAPAN

20.6K 2K 167
                                    

Rindu?

*

*

*

*

*

"Ngapain pagi-pagi ke sini?!" teriak Rizky yang baru keluar dari kamarnya.

Mengganggu diriku yang sedang kangen-kangenan sama Tante Tantri. Aku melepas pelukanku pada wanita paruh baya ini.

"Perjaka bangun siang" ejekku pada Rizky.

Memang belom benar-benar siang, tapi itu perumpamaan dariku. Aku baru saja selesai mengantarkan Ken ke sekolahnya. Berinisiatif mampir ke rumah untuk melihat apakah adik perjakaku sudah bangun atau masih molor di kamarnya.

"Enak aja, tanya tante Tantri, aku udah bangun dari subuh" katanya, ikut mendekat ke arah diriku dan tante Tantri.

"He'em" kata tante Tantri yang mengelus puncak kepala Rizky yang sudah disenderkam oleh pemilik ke pala ke bahu tante Tantri. Memang anaknya tante Tantri ini, mah.

"Sana, mandi!" suruh tante Tantri pada Rizky "bau acem!" ia peragakan dengan menutup hidungnya sendiri, menjauhkan kepalanya dari Rizky.

Aku tertawa senang melihatnya. Rizky, bisa dibilang anak kesayangan tante Tantri di antara dia, aku dan Mbak Saras, anak kandung tante. Pertama, di antara kami bertiga, he's the youngest. Kedua, karena dia laki-laki, tante pingin punya anak laki-laki dari dulu. Dan ketiga, Rizky terlalu dimanjakan sejak kecil. Jadinya, dibandinkan kita bertiga, Rizky yang nempel terus sama tante Tantri.

"Mandi sono!" aku ikut menyuruhnya.

Dengan berat hati, Rizky kembali ke kamarnya.

"Udah sarapan, sayang?" tanya tante Tantri padaku.

Aku mengangguk, melihat dirinya yang masih sibuk membuat sarapan. Aku tadi ikut sarapan, karena Mas Garin harus berangkat lebih pagi dan tidak bisa mengantar Ken. Mengingatnya membuat diriku kesal sendiri. Mengingat bagaimana Mas Suami repot pagi-pagi mencari kemejanya. Membuat diriku ikut-ikutan panik. Salah dia juga, mendadak mengatakannya padaku. Dia baru mengatakannya padaku di pagi hari.

Aku duduk di meja makan, mencomot sepotong bakwan jagung yang sudah matang tersaji di atas piring. Memakannya sambil menunggui tante Tantri memasak.

Aku jadi teringat sesuatu. Mumpung ada di sini, mumpung Rizky juga pulang.

"Tante, aku ke kamar Rizky dulu" izinku, meninggalkan tante Tantri sendirian di dapur.

Rumah lumayan sepi, karena para penghuni rumah sudah pada keluar. Mbak Saras pergi pagi-pagi karena ada jadwal meeting, katanya. Om Yanto, sedang olahraga pagi sama Papa Mano, kata Tante Tantri. Jadinya tinggal mereka berdua di sini. Untung ada aku, jadi menambah suasana.

Aku mengetuk pintu kamar Rizky. Tapi tidak ada sahutan. Sepertinya anak itu memang benar-benar mandi. Aku putar kenop pintu, mendorongnya. Aku tidak melihat siapa-siapa, hanya gemericik air dari kamar mandinya. Aku nyelonong masuk tanpa permisi.

Tok tok tok

"Ky! Rizky!" panggilku dengan suara teriakan di depan pintu kamar mandi.

"Apaan, sih!"  balas Rizky sama dengan berteriak.

"Mbak pinjem laptopnya, buat cek email" kataku sama berteriak seperti tadi.

"Ya!" sahut Rizky lagi.

Setelah mendapat persetujuan dari sang pemilik laptop, aku duduk di atas ranjang, bersender di punggung ranjang, setelah meraih laptop di atas meja. Mencari posisi ternyaman, aku mulai menyalakan laptop Rizky.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now