DANADYAKSA | 01

51.2K 3.9K 98
                                    

Mata Alsava menyipit melihat papan yang dipenuhi tulisan itu supaya lebih terlihat jelas. Alsava menoleh ke samping, melihat tulisan Mingmei.

"Mei," panggil Alsava.

"Nanti." ujar Mingmei masih fokus menulis materi-materi yang ditulis di papan tulis oleh sekertaris kelas.

"Nanti pinjem catetan, ya. Nggak bisa liat papan gue." ucap Alsava menutup buku tulisnya, menghela nafas panjang.

"Dih, siapa suruh nggak make kacamata," ucap Mingmei.

"Kacamata gue patah bege." jawab Alsava sinis.

"Pake softlens lah pinter." ujar Mingmei fokus dengan tulisan di di depannya.

"Lo ribet banget sih, Mei. Tinggal pinjemin aja juga."

Mingmei melemparkan buku tulisnya di depan wajah Alsava, "Noh. Makan tuh tulisan,"

"Oke, gue salin nanti pas di rumah," Alsava memasukkan buku tulis Mingmei kedalam tasnya.

"Beban." ujar Mingmei malas.

"Nggak boleh gitu sama temen," goda Alsava mencolek dagu Mingmei.

"Dih,"

"Dah dih mulu lo, Mei, kosakata lo cuman itu?"

"Terserah gue lah. Itu buku tulis besok kudu langsung balik ke gue lagi," kata Mingmei pada Alsava.

"WOI AINA! LO GESER DIKIT GUE NGGAK BISA LIAT TULISANNYA!" teriak salah seorang siswa dari arah belakang.

Aina-Sang sekertaris menoleh kesal kearah siswa tersebut, "Lo ribet banget ya, Ram! Nulis sini lo di papan tulis! Capek banget gue jadi sekertaris." ujar Aina membanting buku di tangannya ke meja dan duduk di bangkunya dengan kesal.

"Ya Allah, Na. Gue cuma nyuruh lo geser dikit aja, Na. Bukan gitu maksud gue." ucap Rama kelabakan.

Rama berjalan cepat ke tempat duduk Aina. Mencoba merayu gadis itu agar kembali mau menulis di papan tulis.

"Na, lanjutin nulisnya gih! Cepetan! Keburu Bu Asih dateng!" seru Wira.

"Lo siapa nyuruh-nyuruh gue?!" sahut Aina.

"Gue ketua kelas lo!" ujar Wira tegas.

Aina menggebrak meja, "Lo baru ketua kelas! Bukan tuhan! Nggak usah sok ngatur gue, lo!"

Mendapat jawaban seperti itu membuat Wira kicep, tak lagi bersuara.

"Na, kalo bukan lo yang nulis terus siapa lagi?" Rama masih berusaha merayu Aina.

"Lo lupa kalo sekertaris di kelas ini ada dua? Suruh si Sandya, jangan gue mulu. Lo kira kagak capek?!" tanya Aina menatap Rama tajam.

"Alah daripada Sandya yang nulis mending lo aja, Ram!" seru Wira.

"Lo yang nulis sekarang Ram! Nggak usah banyak tingkah," ucap seorang siswi mendorong Rama ke arah papan tulis.

Rama meneguk ludahnya susah payah, "Tulisan gue kayak ceker ayam, lo semua nggak bakalan ngerti tulisan gue!"

"NGGAK PEDULI!"

"Mei, lo kan belum selesai nulis. Ngapain ngasih buku lo ke gue?" tanya Alsava heran.

"Males nulis denger suara lo,"

"Astaghfirullah, Mei," ucap Alsava menggelengkan kepala memegang dadanya.

"Nggak usah gitu lo!" tutur Mingmei menjitak dahi Alsava.

Mingmei berjalan ke belakang, "Wir, gue izin ke belakang dulu, jangan catet nama gue," izin Mingmei kepada sang ketua kelas yang dibalas acungan jempol.

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now