DANADYAKSA | 25

23.2K 2.7K 85
                                    

Aksa mengambilkan raket untuk Alsava dari gudang olahraga. "Cuma ini yang paling enak, yang lain udah rusak," ujar Aksa.

"Lo nanti mukulnya jangan keras-keras!" ucap Alsava mengantisipasi.

"Nggak akan." Aksa berdiri di sisi lain lapangan, siap untuk bermain dengan Alsava.

"Jangan disitu, dong, Sa! Kejauhan! Nggak usah ada net-nya, gue nggak bisa," tutur Alsava jujur

"Hah? Mana bisa gitu?" tanya Aksa bingung. Bulu tangkis tapi tidak memakai net? Bulu tangkis macam apa itu.

"Gue sama lo udah beda level. Nggak bisa disamain. Lo berdiri di sini," ucap Alsava menunjuk sampingnya.

"Terlalu deket, Alsava. Nggak seru nanti mainnya. Lagian lapangannya juga nggak lebar," balas Aksa.

"Udah, deh, Sa. Lo cepetan ganti ke sini."

Aksa menghela nafas, menuruti permintaan Alsava dan merubah posisinya menjadi di sisi yang sama dengan Alsava.

"Gue duluan yang mukul, ya," ujar Alsava sok. Ia mulai menservis shuttlecock di tangannya dengan pukulan yang menurutnya sudah keras. Tapi kembalikan oleh Aksa lebih keras lagi yang membuat Alsava tak bisa menjangkau shuttlecock itu.

"Jangan kenceng-kenceng dong, Sa!" omel Alsava memungut shuttlecock itu kembali dengan raut kesal.

"Lah?" Aksa semakin bingung. "Udah pelan itu."

"Pelan menurut lo! Nggak usah pake tenaga dalem kalo mukul!" Alsava masih mengomel. Tak terima kalau ia tak bisa membalas pukulan Aksa.

"Perasaan tadi nggak kenceng-kenceng amat, dah," gumam Aksa.

"Iya iya. Ya udah ulangi," ucap Aksa.

Alsava memfokuskan penglihatannya pada shuttlecock di tangan kirinya yang sudah siap ia luncurkan. Ia pasti bisa membalas Aksa kali ini. Dengan kuat-kuat Alsava memukul shuttlecock itu, dibalas pukulan sedang oleh Aksa. Pukulan yang kiranya bisa diimbangi Alsava

Dengan lagaknya, Alsava men-smash shuttlecock itu dengan harapan bisa menumbangkan Aksa. Tapi Aksa membalas dengan pukulan yang membuat shuttlecock melambung amat tinggi. Alsava berjalan cepat ke belakang untuk menjangkau shuttlecock yang terbang tinggi itu, yang berakhir Alsava terjatuh karena tersandung kakinya sendiri.

"Alsava!" panik Aksa segera menghampiri Alsava yang terduduk sembari meringis kesakitan.

"Lo nggak pa-pa?" tanya Aksa dengan nada cemas.

"Lo mukulnya ketinggian! Kira-kira, dong! Gue nggak setinggi lo!" ucap Alsava dengan nada amat sangat kesal.

"Yaa Allah, Alsava," kata Aksa nyebut. Hilang sudah kecemasannya.

"Ya udah iya maaf. Gue yang salah mukulnya ketinggian," ujar Aksa pasrah. "Jadi gimana? Mau lanjut main apa udahan?"

"Lanjut, lah! Gue harus menang dari lo!" ucap Alsava. Ia berdiri dengan dibantu Aksa.

Aksa kembali di posisinya, mulai bermain dengan Alsava yang memulai pukulan. Tapi kali ini, Aksa lebih banyak mengalah. Agar Alsava senang dan tak mengomel lagi.

"Yash!" seru Alsava senang. Keringatnya sudah bercucuran demi memperjuangkan harga dirinya.

"Gue jago juga," ucap Alsava membanggakan dirinya sendiri. "Kayaknya gue harus ngajuin diri ke tim bulu tangkis putri. Mubazir bakat gue kalo nggak didalami."

"Bisa aja kan nanti gue jadi pemain kelas internasional? Kan nggak ada yang tau," lanjut Alsava semakin mengada-ada.

Aksa menatap Alsava malas, "Iyain aja, biar seneng."

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now