DANADYAKSA | 05

29.8K 3.5K 79
                                    


Seperti biasa, Aksa bangun jam setengah empat pagi. Setelah melaksanakan ibadah, Aksa akan belajar, mandi dan menyiapkan sarapan.

"Fadil mandi duluan. Nanti baru Kak Mimi." ucap Aksa mengangkat kangkung yang telah ia tumis dan meletakkannya di piring.

"Nggak mau, Bang! Kak Mimi dulu yang mandi! Fadil masih ngantuk." ujar Fadil kembali memejamkan matanya.

"Yaudah, Mi. Kamu duluan." suruh Aksa pada Mia yang baru saja selesai menyetrika seragamnya.

"Fadil, tugas kamu udah selesai belom?" tanya Aksa mengecek tas milik adiknya-memastikan tidak ada yang tertinggal.

"Udah selesai, Bang. Dibantuin Kak Mimi tadi malem." jawab Fadil masih dengan mata yang terpejam.

"Bangun, dong. Pagi-pagi harus semangat! Nggak boleh males-malesan." ucap Aksa membangunkan adik laki-lakinya dengan menarik kedua tangannya yang terlentang di kursi kayu.

Fadil bergerak memeluk Aksa untuk mendapatkan kehangatan. Cuaca pagi ini sangat dingin.

"Nanti Fadil nggak mau ke rumah Mbak Tifa habis pulang sekolah." ujar Fadil tiba-tiba.

"Fadil bisa jaga diri kok, Bang. Nggak usah dititipin ke Mbak Tifa. Soalnya Mbak Tifa sering ngomelin Fadil."

Aksa mengusap rambut Fadil. "Terus Fadil pulangnya gimana nanti? Emangnya Fadil berani pulang sendirian?" tanya Aksa. Sebenarnya, dia juga tak mau menitipkan Fadil ke Mbak Tifa-tetangganya yang mempunyai anak seumuran Fadil. Tapi ia terpaksa. Dia dan Mia sekolah jadi tak bisa menjemput Fadil.

"Fadil nggak mau sekolah kalo gitu." ujar Fadil semakin memeluk Aksa.

"Loh? Kok malah nggak mau sekolah?"

"Kalo aja ibu masih hidup, pasti bisa jemput Fadil. Fadil jadi nggak diomelin Mbak Tifa terus." ucapnya membuat Aksa sesak.

"Fadil juga pengen dijemput sama ibu." ucapnya mulai menangis.

"Jangan sedih, dong. Nanti ibu juga ikutan sedih." ujar Aksa mengusap punggung adiknya.

"Fadil masih punya Abang sama Kak Mimi, jangan sedih gini. Nanti mau Abang jemput, nggak?" tanya Aksa mencoba menghibur adik laki-lakinya.

"Emang Bang Aksa bisa? Bang Aksa kan sekolah." ujar Fadil mendongakkan kepalanya menatap Aksa.

"Bisa, dong. Apa yang nggak Abang bisa buat Fadil?" tanya Aksa mengusap wajah sembab Fadil.

Senyum Fadil merekah mendengar penuturan Abangnya. "Beneran Abang bisa jemput Fadil?"

Aksa mengangguk cepat. "Tapi nanti Fadil dirumah sendirian, dong. Emangnya nggak takut?"

"Enggak, lah, Bang! Fadil nanti bisa main sama temen Fadil yang lain."

"Yaudah nanti Abang jemput."

"Beneran, ya, Bang? Fadil tunggu pokoknya!"

"Mandi dulu. Kak Mimi udah selesai mandi." ucap cowok itu dan menggendong adiknya untuk dimandikan.

***

Seusai sarapan, Aksa mengantarkan kedua adiknya, Mia di belakang dan Fadil di depan. Fadil sejak tadi terus berceloteh membuat Aksa tersenyum, setidaknya Fadil tidak lagi bersedih.

"UDAH SAMPAI, BANG!" teriak Fadil menunjuk ke arah depan dimana sekolahnya terletak.

"Iya iya, Dil. Abang juga tau." ujar Aksa menghentikan sepeda motornya di depan sekolah Fadil.

"Sekolah yang pinter, oke?" tanya Aksa ketika Fadil menyalimi tangannya.

"Siap, Bang!" jawab Fadil meletakkan tangan kanan di pelipisnya seperti berhormat membuat Aksa semakin tersenyum.

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now