DANADYAKSA | 36

24K 2.7K 232
                                    

Kalo ada typo langsung koreksi yaa. Aku nggak baca ulang soalnya

****

Aksa tidak sekolah hari ini. Terpaksa membolos karena Fadil masih demam. Meskipun suhu tubuh Fadil tidak sepanas kemarin. Sejak Fadil bangun tidur waktu shubuh tadi, Fadil terus meminta digendong Aksa. Mia berangkat ke sekolah naik angkot, karena Aksa tak bisa mengantarkan.

"Makan dulu, Dil. Terus minum obat. Biar cepet sembuh," ucap Aksa. "Bang Aksa udah bikinin bubur."

Fadil menggeleng tak mau.

"Emangnya Fadil nggak mau sembuh? Makan dikitt aja," bujuk Aksa.

Aksa tersenyum ketika Fadil mengangguk. Dengan telaten ia menyuapi Fadil. Meskipun pada suapan keempat, Fadil menggeleng lagi.

Yang penting mau makan.

Aksa mengambil obat sirup pereda panas lalu menuangkannya ke sendok takar.

"Pait! Fadil nggak mau!"

"Enggak pait, Dil. Ini rasa stroberi, rasanya kayak es krim, manis," ucap Aksa membujuk Fadil yang tak mau minum obat.

"Bang Aksa bohong! Mana ada obat nggak pait!" seru Fadil.

"Kamu nggak mau sembuh, Dil? Mau sakit terus? Emangnya sakit itu enak?" tanya Aksa mensugesti. "Enggak, kan? Makanya minum obat. Udah Abang beliin obat, mubazir kalo obatnya nggak diminum."

Fadil mengangguk pasrah setelah mendengar ucapan Aksa. Ia mengerjapkan matanya menahan pahit ketika obat itu masuk ke dalam mulutnya. Mana yang katanya manis? Semprul!

Melihat wajah Fadil yang ingin menangis, Aksa langsung mengambilkan air putih untuknya. Agar rasa pahit itu hilang.

"Manis, Dil?" tanya Aksa.

Fadil menatap Abangnya sinis. Enteng sekali dia berkata seperti itu.

Aksa terbahak melihat ekspresi wajah Fadil yang sangat lucu, "Iya, Dil. Namanya juga obat, mana ada yang manis?"

"Tapi tadi Bang Aksa bilang manis!" sungut Fadil.

"Mau aja Bang Aksa bohongin," balas Aksa.

"Ayo keluar, Dil. Cari udara segar," ucap Aksa membenarkan gendongannya lalu mengajak Fadil untuk keluar. Duduk di bale bambu di bawah pohon mangga dengan udara yang sangat sejuk.

"Abang pangku aja, ya? Pundak Bang Aksa udah pegel," kata Aksa diangguki Fadil.

Aksa melepas gendongannya dan memangku Fadil. Ia memijat area pundak dan lehernya yang terasa sangat pegal. Cowok bergelang hitam itu memeluk adiknya erat, takut Fadil kedinginan.

"Bang Aksa, itu ayamnya siapa?" tanya Fadil menunjuk ayam-ayam yang ada di halaman rumah mereka.

"Ayamnya tetangga," jawab Aksa mengusap rambut Fadil.

"Kok ada di sini, Bang?"

"Tiap hari, Dil. Abang juga yang ngasih makan. Padahal bukan ayamnya Abang," ujar Aksa.

"Kok Bang Aksa mau, sih? Ayamnya suka BAB sembarangan," cetus Fadil. "Tuh! Tuh liat, Bang! Tempat mainnya Fadil aja udah penuh sama kotoran mereka!"

"Kalo nggak dikasih makan nanti berisik. Makanya Bang Aksa kasih makan terus."

"Bang Aksa," panggil Fadil.

"Bang Aksa nggak papa kalo nggak masuk sekolah? Nggak dihukum?" tanya Fadil. "Kemarin Bang Aksa udah nggak masuk sekolah pas habis jemput Fadil, terus sekarang nggak sekolah lagi."

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now