DANADYAKSA | 32

23.5K 3.1K 272
                                    

2.954 kata. Kalo ada yang bilang dikit, bewan kita

****

Aksa berada di ruang ganti saat ini. Setelah sholat Dhuha dan berdoa untuk kelancaran turnamennya nanti. Syukur jika menang, meskipun ia tak akan dipuji. Kalau kalah? Ya dicaci-maki.

Aksa meregangkan otot-ototnya, berikut dengan Ghani. Ghani terlihat sangat sungguh-sungguh. Walaupun tidak terlalu menyukai Aksa, tapi Ghani masih menghargai Aksa sebagai partner bulu tangkisnya. Ghani juga tidak menampik jika kemampuan Aksa lebih tinggi daripada dirinya.

"Lawan kita kali ini bisa dibilang tidak terlalu kuat, SMA Soerya Ganesha," ucap coach Sam. "Bukannya terlalu percaya diri, tapi tahun lalu kita sudah pernah lawan mereka. Dan Aksa berhasil menang."

"Tahun lalu kita latihan abal-abal aja menang, apalagi sekarang," lanjut coac Sam.

"Pede bener, coach. Nanti kalah nangesss," cibir Ghani membenarkan letak sepatunya.

"Kalah atau menang kan tergantung kamu sama Danadyaksa, Abdul Ghani. Makanya nanti kamu kerja keras biar menang. Biar saya seneng."

"Terserah saya. Kalo saya nggak mau gimana?" tanya Ghani seakan menantang.

"Saya gorok."

Ghani bergidik ngeri, apalagi ekspresi serius pelatihnya ketika mengatakan itu.

"Minum yang banyak biar nanti nggak dehidrasi. Harus siap semuanya."

"Kalo kebelet gimana, coach?" tanya Ghani.

"Saya gorok beneran, mau?" tanya coach Sam mengambil pisau buah yang ada di sampingnya dan mengarahkannya ke wajah Ghani.

Ghani bergidik ngeri dan berlari dengan menarik Aksa agar ikut keluar.

****

"Kalo misalnya nanti gue buat salah atau ngerugiin, lo harus tegur gue," ucap Ghani pada Aksa. Aksa hanya diam mendengarkan.

"Terlepas dari apapun yang terjadi di luar lapangan, di dalam lapangan lo tetap partner gue. Gue anggep kapten di sini, kemampuan lo jauh banget di atas gue."

"Iya. Nanti kalo gue ada salah juga langsung tegur," balas Aksa, tak tahu harus menjawab apa lagi. Takut salah ngomong.

Ghani berjabat tangan dan memeluk Aksa sekilas. "Kita harus menang."

****

Pertandingan dimulai sekitar tiga puluh menit lagi dan Aksa menemui teman-temannya sebentar. Aksa bisa melihat banyaknya suporter dari kedua sekolah yang sangat heboh. Terutama SMA Cokroaminoto. Ada yang memakai bando di kepalanya yang bertuliskan SMA Cokroaminoto, mencoret-coret bajunya dengan tulisan dukungan dan yang lain. Beragam.

"Temen gue, nih." Levi menepuk punggung Aksa berkali-kali, menunjukkan jika Aksa adalah orang terdekatnya.

"Temen gue juga, nih," sahut Bastian tersenyum bangga.

"Belum juga tanding, lo udah ngomong kayak begitu aja," balas Aksa. Teman-temannya juga sangat aneh, bahkan Bastian membawa lighstick Twice, padahal tidak ada hubungannya. Yang baru Aksa lihat, di baju Akbar bagian belakang ada tiga stiker octopus yang Aksa tebak itu ditempeli oleh Levi atau Bastian tanpa sepengetahuan Akbar.

"Gue yakin bener lo pasti lolos masuk final," ucap Mada yang mengenakan bando bertuliskan namanya dan juga Ghani. Tulisan itu dibordir. Niat sekali Akbar memesan bando seperti itu.

"Doain aja, gue yang usaha," ujar Aksa.

"Woo tentu, Sa! Gue selalu ngedoain lo di sepertiga malam gue," ucap Levi dibalas lirikan sinis dari Bastian.

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now