DANADYAKSA 67

13.3K 1.5K 294
                                    

Aksa, Akbar, Mada, Levi dan Bastian segera melaju ke hutan sesuai posisi yang dikirimkan oleh Grant. Orang suruhan Akbar untuk mengawasi Ghani. Untungnya Akbar tak salah memilih orang untuk mengawasi bajingan itu. Sebelum itu, mereka sudah pergi terlebih dulu ke sekolah Mia untuk memastikan. Dan benar saja, Mia tak ada. Dan tak ada yang mengetahui keberadaan terakhir Mia. Mengingat Mia yang tak punya teman sama sekali di sekolah.

Dalam perjalanan, Aksa tak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan adiknya. Hatinya berkecamuk. Jika bisa, Aksa ingin mengganti posisinya dengan Mia.

"Sa, tenang dulu, Sa," ujar Bastian menenangkan. Sebab sejak tadi Aksa terus mengatakan hal-hal yang menyakitkan.

"Nggak bisa, Bas. Gue nggak bisa tenang," ucap Aksa parau. Ia mengalami teror ini karena ia berpacaran dengan Alsava, dan sekarang ia tak mempunyai hubungan apapun dengan Alsava. Tapi keselamatan adik perempuannya terancam karena teror ini.

Seharusnya Aksa tak perlu mencintai Alsava sedalam itu jika ia tahu adiknya lah yang akan menanggung ini semua.

"Di depan cuma ada jalan setapak. Mobil nggak bisa masuk," ucap Akbar saat sampai di ujung jalan.

Tanpa ba bi bu mereka semua turun dan melanjutkan perjalanan. Akbar berusaha membaca maps dengan benar supaya tidak tersesat. Hingga akhirnya di pintu masuk hutan, mereka menemukan pria berbadan besar dengan paras yang tentu bukan dari Indonesia berdiri tegap di sana.

"Itu siapa?" tanya Levi setengah berbisik

"Orang suruhannya Akbar mungkin," balas Mada pelan.

"Gede gitu badannya," sahut Bastian merinding.

"Grant," ucap Akbar pada orang itu dengan nada penuh perintah.

"Kamu kembali sekarang. Bawa yang lain ke sini dengan senjata lengkap. Bawa Jacob jika dia sedang tidak ada tugas," titah Akbar.

"Baik, Tuan," patuh Grant. Pria itu menunduk pada Akbar sebelum akhirnya pergi untuk melaksanakan perintah Tuannya itu.

"Kita nggak akan tau seberapa jauh perjalanan kita nanti," ucap Levi datang membawa minuman yang ia dapat dari mobil Akbar. Memang dia yang sengaja membawa minuman sebanyak itu untuk jaga-jaga.

Dengan rasa tak sabar, Aksa nyelonong masuk dengan sedikit berlari melewati semak-semak belukar.

"Woi, Sa!" teriak Bastian. Ia dan Mada membawa botol-botol berisi minuman itu ketika Akbar dan Levi mengejar Aksa. Takut jika Aksa terpisah dari mereka.

"Tenang dulu, Sa. Ini bukan waktunya buat panik!" sentak Levi menarik kerah seragam Aksa.

"Adek gue bisa mati dan lo ngelarang gue panik?! Otak lo dimana? Ha?!" Aksa berteriak marah. Ia hampir saja memukul Levi jika tidak ditahan oleh Akbar.

Akbar memisahkan mereka berdua hingga sedikit berjarak.

"Jangan berantem. Itu cuma buang-buang waktu," tukas Akbar sangat menyeramkan.

Aksa berteriak dan memukul pohon di sampingnya. Melampiaskan amarah yang harus ia tahan. Masalah apapun akan ia hadapi tapi tidak jika berurusan dengan adik-adiknya. Ia hanya punya mereka dan sekarang salah satu dari mereka sedang dalam bahaya. Apalagi ketika mengingat penyebab semua ini adalah Alsava, Aksa semakin marah.

Bastian memberikan air minum untuk Aksa supaya temannya itu lebih bisa tenang. Setelah Aksa tenang, baru mereka melanjutkan perjalanan.

Mereka berjalan cukup jauh melewati semak dan pohon-pohon besar. Tak jarang tubuh mereka terkena duri-duri tajam. Mereka mempunyai tujuan. Jika ada semacam bangunan tua maka kemungkinan besar itu adalah tempat persembunyian Ghani.

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now