DANADYAKSA | 45

21.5K 2.5K 206
                                    


Aksa memasuki rumah dengan menenteng bahan belanjaan yang baru saja ia beli. Dua keresek putih di tangan kanan dan kirinya itu penuh dengan bahan untuk membuat kue ulang tahun. Tidak banyak yang ia beli. Karena Mia bilang, ia masih mempunyai bahan untuk membuat kue. Jadi Aksa hanya membeli apa yang kurang. Menghemat juga.

Pemuda itu melangkahkan kakinya menuju tempat Mia berada, "Mia, Bang Aksa udah beli bahan buat bikin kue." ujarnya meletakkan bahan belanjaan itu di meja kecil yang ada di sana.

Mia yang baru selesai mencuci piring menoleh heran sekaligus bingung ke arah Aksa, "Kue?"

"Iya. Nggak lupa, kan?"

Mia menggeleng, melihat bahan belanjaan itu. Sepertinya Abangnya sangat antusias mempersiapkannya. Apalagi raut wajah Aksa yang berseri-seri.

"Abang seneng banget kayaknya," ujar Mia. Mengeluarkan bahan-bahan tersebut satu persatu.

"Enggak. Biasa aja." Aksa mengelak. Mengambil air minum untuk menuntaskan rasa hausnya.

"Bang Aksa mana pernah ngasih kue atau hadiah lain ke temennya Bang Aksa pas ulang tahun? Ini baru pertama kali," cetus Mia. Memang benar, Aksa tak pernah menghadiahi teman-temannya sampai sebegininya. Jika teman dekatnya ulang tahun, mungkin Aksa hanya akan memberikan kerajinan tangan yang ia buat khusus. Dan tidak se antusias sekarang.

"Karena ini Kak Alsava, jadi khusus. Gitu ya, Bang?" goda Mia. Ketika melihat semburat merah di pipi Aksa, ia semakin tertawa mengejek.

"Nggak usah gitu, deh, Mi," tutur Aksa malu. "Semua temen Bang Aksa sama."

"Tapi, kan, Kak Alsava lebih dari temen. Jadi beda." Mia tak henti-hentinya menggoda Aksa yang semakin susah menjawab itu.

"Mia takut rasanya nggak enak, Bang. Mia kan baru belajar bikin kue," tutur Mia ragu.

"Enggak, lah! Enak banget kue buatan kamu itu. Apalagi yang kemarin itu," puji Aksa.

"Kuenya warna apa, Bang?" tanya Mia.

"Warna putih aja kayak kemarin. Terus tambahin rumus-rumus matematika," jawab Aksa ngawur.

Selain kue, Aksa juga membuat hadiah yang dikhususkan untuk Alsava. Mungkin tidak terlalu mahal, tapi Aksa membuatnya dengan usaha keras.

"Abang ternyata bisa manis ya kalo sama cewek," ujar Mia pada Aksa yang senyam-senyum sendiri.

"Loh? Emang Abang nggak manis kalo sama kamu?"

"Sama cewek selain Mia maksudnya."

*****

Ketika jam istirahat pertama, Aksa ikut bermain basket bersama anak-anak lain. Diajak Bastian sebenarnya. Aksa mana berani berkumpul dengan anak kelas lain jika tidak ada teman-temannya?

Meskipun mereka tampak tidak senang karena Aksa datang, terbukti dengan tatapan mereka yang sinis, namun tetap menerima Aksa. Takut dengan Bastian mungkin.

Di antara teman-temannya, memang Bastian yang paling ditakuti dan merupakan pentolan. Jika Levi masih memikirkan nama baiknya, maka Bastian tidak. Bastian tidak takut pada siapapun jika dirasa ia perlu melawan, bahkan pada guru pun ia tak takut. Aksa paling ingat ketika Bastian mengajak duel Pak Rum, guru muda di Cokroaminoto, karena menuduhnya mencuri uang infaq masjid. Padahal saat itu Bastian baru kelas sepuluh.

Sedangkan Mada, disegani karena keluarganya sangat berpengaruh di bidang pendidikan. Kakeknya banyak mendirikan yayasan, perpustakaan, sekolah gratis atau fasilitas pendidikan lainnya bagi mereka yang tidak mampu. Itulah mengapa Mada tidak bisa berulah atau nakal.

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now