DANADYAKSA | 49

18.9K 2.6K 364
                                    

3.000 kata, lumayann

****

Sejak kemarin, lebih tepatnya setelah adegan adu mulut dengan Bu Asri, Bastian selalu mengintili Mada. Bastian mengintili Mada seperti anak kucing mengikuti induknya. Padahal ini masih pagi, bahkan dua orang itu belum meletakkan tas di kelas.

"Kakek lo beneran yang punya sekolah ini, Mad?" pertanyaan yang terus dilontarkan Bastian pada Mada, namun Mada enggan menjawab. Pasalnya, Mada tak pernah mengatakan apapun jika sekolah ini adalah milik Kakeknya. Tentu Bastian kaget.

"Mending lo diem. Atau mau gue jejelin tai kucing?" ancam Mada.

Bastian yang mulanya mencondongkan badannya langsung menjadi tegap, "Mulutmu tidak mencerminkan orang beragama."

"Lagian nanya itu mulu dari kemarin. Panas kuping gue," kesal Mada lalu memasuki kelas dan meletakkan tasnya di sana. Ada Akbar yang sibuk menggambar.

"Tapi beneran deh, Mad. Sekolah ini punya Kakek lo?" tanya Bastian memelankan suaranya.

"Bukan. Gue ngibul doang biar Aksa nggak jadi dihukum," jawab Mada.

"Tapi kok Bu Asri kayak takut gitu pas lo nyebutin nama Kakek lo?" tanya Bastian masih tak percaya. "Sebenernya nggak kaget sih kalo Kakek lo emang yang punya sekolah ini, tapi tetep aja kaget."

"Enggak, Bas. Mana mungkin Kakek gue punya sekolah segede ini? Kakek cuma punya yayasan pendidikan kecil-kecilan."

Padahal, mana mungkin Ayahnya Mada mengembalikan beasiswa Aksa yang hampir dicabut karena sering membolos untuk bekerja jika keluarganya tidak punya akses di sini?

Bastian tetap menatap Mada curiga yang langsung ditabok tas oleh Mada. Terlampau kesal.

"Anjing, Mada," umpat Bastian.

"Yang lain kemana, Bar?" tanya Mada pada Akbar yang sepertinya tidak peduli dengan perdebatan antara Mada dan Bastian.

"Siapa?" Cowok penyuka boneka octopus itu menoleh.

"Levi sama Aksa," balas Mada. "Tasnya ada tapi orangnya nggak ada."

"Gazebo samping lab komputer." 

"Kok lo bisa tau?" tanya Bastian.

Akbar menatap tajam pada Bastian yang bertanya seperti itu padanya, "Mau gue gantung di pohon toge?"

"Padahal pohon toge kecil. Mana bisa lo gantung gue di sana?" tanya Bastian. "Yang ada pohon togenya yang digantung di kepala gue."

"Kalo di pohon beringin?" tanya Akbar.

Melihat Akbar yang mengeluarkan tali panjang dari dalam tasnya, Bastian dengan cepat bersembunyi di balik badan Mada untuk mencari perlindungan.

Mada menghembuskan nafas panjang. Kedua temannya ini persis seperti kucing dan tikus. Akbar yang emosian dan Bastian yang suka sekali memancing emosi. 

Sejak dulu, Bastian dan Levi sangat suka menjahili Akbar. Entah dengan pertanyaan nyeleneh atau tingkah mereka yang membuat Akbar jengkel. Dan yang menjadi pemisah selalu Aksa dan Mada.

"Udah kayak ngurusin anak kecil," ujar Mada menjauh dari Bastian.

"Gimana, Bas? Mau?" tanya Akbar yang sudah siap dengan tali di tangannya sambil tersenyum horor.

"MADA!" teriak Bastian berlari ke arah Mada.

"Apa nggak capek lo berdua berantem mulu?" tanya Mada tak dijawab. "Gue mau nyamperin Levi sama Aksa. Lo ikut, nggak?" tanyanya pada Bastian.

DANADYAKSAOnde histórias criam vida. Descubra agora