DANADYAKSA | 35

23.5K 2.7K 203
                                    

Aksa sama Alsava bakal pacaran ini rumor darimana?

*****

Setelah turnamen itu selesai, sebenarnya Pak Dimas mengajak Ghani, Aksa serta Coach Sam untuk berlibur terlebih dahulu. Hitung-hitung merayakan kemenangan SMA Cokroaminoto atas SMA Adhi Soetjipto.

Tapi Aksa dan Ghani sama-sama menolak, tak mau. Aksa ingin segera pulang untuk bertemu adiknya dan Ghani yang sudah bisa menebak jika liburan yang dimaksud Pak Dimas itu akan ruwet. Karena selera bapak-bapak dan anak muda jelas beda.

Aksa sudah sampai di rumah tadi siang. Kedua adiknya pun sudah diantarkan pulang oleh Pak Angga. Entah berapa kali Aksa mengucapkan terimakasih kepada Pak Angga karena sudah bersedia mengurus Fadil dan Mia untuk beberapa waktu.

Aksa merapikan kembali barang-barang yang ia bawa ke luar kota kemarin. Baju-baju yang sekiranya kotor sudah ia kumpulkan untuk dicuci besok.

Mia dan Fadil duduk berdua memperhatikan Aksa dari ranjang kamar Aksa.

"Bang Aksa! Fadil boleh pegang medalinya, nggak?" tanya Fadil ketika melihat Aksa mengeluarkan medali emas itu dari tas miliknya.

"Boleh. Nih." Aksa menyerahkan medali itu pada Fadil.

Fadil membolak-balikkan medali itu dengan wajah terpukau, "Bagus banget. Di dalemnya ada gambar orang bawa raket. Kayak Bang Aksa."

Aksa terkekeh karena ucapan Fadil.

"Gantian dong, Dil," pinta Mia. Fadil memberikan medali itu pada Mia dengan gerakan yang sangat hati-hati.

"Wah," kagum Mia melihat medali tersebut. Ternyata lebih cantik dari yang ia lihat kemarin lewat layar HP.

"Mia jadi pengen punya," ujar Mia lagi. Ia belum pernah mempunyai medali. Setiap ia menang lomba hanya diberi piala. Itupun piala duplikat. Yang asli ada di sekolah.

"Belajar yang rajin biar menang olimpiade tahun ini. Kalo kamu bisa masuk ke tingkat Provinsi, pasti kamu dapet medali juga," tutur Aksa. "Olimpiade kamu kapan?"

"Bentar lagi, Bang Aksa. Mia bakal belajar terus biar bisa dapet medali kayak Abang," ucap Mia. "Tapi kayaknya Mia nggak mungkin bisa sampe tingkat provinsi, deh."

"Kenapa nggak bisa? Kalo usaha pasti bisa. Tinggal dapet juara satu, terus dikirim ke provinsi," balas Aksa santai.

"Ih! Bang Aksa, mah, kalo ngomong enak!" ucap Mia. Ia mengusap medali itu untuk terakhir kali dan menyerahkannya pada Aksa agar dijejerkan bersama medali Aksa yang lain.

Sebelum orang tuanya meninggal, Aksa sangat pintar di bidang akademik maupun non-akademik sejak kecil. Ia sering menjuarai berbagai olimpiade. Ketika kelas 7, dia mendapatkan juara 2 olimpiade IPS tingkat nasional. Dan itu adalah olimpiade akademik terakhir yang ia ikuti.

Setelah orang tuanya meninggal, Aksa harus bekerja yang menyita banyak waktunya. Dia tak punya waktu untuk belajar. Aksa harus memilih salah satu bakat dan ia lebih memilih untuk menekuni bakat bulu tangkisnya yang menurutnya tak menghabiskan banyak waktu. Ia masih bisa bekerja disamping harus latihan bulu tangkis.

Lama-kelamaan Aksa mulai melupakan bahwa ia mempunyai keahlian di bidang akademik.

Sebenarnya bakat Aksa banyak, hanya saja tak ada waktu untuk menekuni satu-satu.

"Abang bawa oleh-oleh buat kalian," ucap Aksa membuka satu tas yang lumayan besar berisi barang-barang yang ia beli untuk adiknya.

"Wah! Beneran? Bang Aksa beliin Fadil apa?" tanya Fadil antusias.

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now