DANADYAKSA | 51

20K 2.4K 155
                                    

Ayoo follow wattpadku. Gemes banget kurang 7 lagi udah 1k folls😔

****

Bel pulang telah berbunyi. Aksa cepat-cepat memasukkan bukunya ke dalam tas dan keluar dari kelas.

"Mau kemana, Sa?!" teriak Mada dari kejauhan.

"Ke kelasnya Alsava!"

Aksa sedikit berlari untuk sampai ke kelas Alsava yang jaraknya lumayan. Ternyata kelas Alsava belum bubar. Masih terdengar jelas ocehan guru yang menjelaskan dan menolak untuk membubarkan kelas sebelum penjelasannya selesai. Aksa duduk menunggu di bangku depan kelas.

"Silakan rapikan bukunya. Terimakasih untuk kelas hari ini. Saya pamit. Selamat siang."

Baru setelahnya hembusan nafas lega itu terdengar dari dalam kelas. Suara kelas menjadi ricuh. Ada yang bersumpah serapah karena bel sudah berdering sejak tadi tapi kelas baru dibubarkan.

Satu persatu siswa mulai keluar. Tak sedikit dari mereka yang melayangkan tatapan sinis pada Aksa termasuk lelaki berbadan tegap yang baru saja keluar. Cowok bergelang hitam itu mencoba tak peduli.

Gadis yang dicarinya tak kunjung menampakkan batang hidungnya, padahal hampir seluruh penghuni kelas sudah keluar. Ah, itu dia! Gadis berkacamata itu keluar bersama Mingmei sembari berdialog ringan.

"Al," panggil Aksa menghampiri Alsava. Raut kaget jelas terpancar dari wajah gadis itu.

Mingmei bergantian menatap Aksa dan Alsava, "Mau pacaran, kah? Gue pulang duluan deh, ya. Gamau jadi nyamuk," ucapnya mengantisipasi.

"Dadaa Alsava! Gue balik dulu," ujar Mingmei melambaikan tangan lalu pergi dari hadapan muda mudi itu.

"Al?"

Alsava tak bersuara, ia berpura-pura merapikan letak tas sekolahnya. Seolah tak ada Aksa di sana, ia berjalan menjauhi kelas.

"Alsava," panggil Aksa lagi, mengikuti Alsava dari belakang.

"Lo marah?" tanyanya hati-hati. "Gue tau gue kurang ajar, gue minta maaf."

Alsava tak kunjung menjawab, hal itu membuat Aksa semakin was-was. "Alsavaa? Marah, ya?"

"Enggak. Nggak marah." kali ini gadis itu menjawab sambil menundukkan kepala.

"Kalo nggak marah kenapa diem aja?" tanya Aksa menuntut penjelasan. Ia berjalan sedikit cepat untuk mengimbangi langkah Alsava.

"Al?"

Alsava berhenti berjalan yang menyebabkan Aksa menabrak gadis itu dari belakang karena terlalu cepat berjalan. Alsava hampir terjerembab ke depan jika saja Aksa tidak memegang tangannya.

"Enggak liat tadi, Al. Ada yang sakit?" tanya Aksa khawatir. Untungnya koridor sudah tidak ramai karena banyak siswa yang sudah pulang.

Alsava menggeleng, "Heboh banget deh, Sa." komentarnya.

"Takut lo nggak nyaman dan marah gara-gara tadi. Tadi itu beneran reflek aja, Al. Serius," ucap Aksa mengangkat dua jarinya, jari telunjuk dan jari tengah.

Sejak kapan Aksa menjadi selucu ini?

"Ya udah, kenapa minta maaf?"

"Lo marah, kan? Gue ajak ngomong dari tadi nggak nyaut," ucap Aksa lagi. Menatap Alsava yang hanya setinggi pundaknya itu.

"Bukan marah, Sa," ujar Alsava memainkan kakinya.

"Terus?"

"Maluu," balasnya. Ia yakin sekarang pipinya sudah merah seperti kepiting rebus. Oleh karenanya ia tak mau mengangkat kepalanya. Pasti Aksa akan meledeknya jika melihat pipinya memerah.

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now