DANADYAKSA 61

11.1K 1.4K 201
                                    

Haloooo Flow! Sehat kan?

Kalo aku lagi rajin update gini, kalian juga rajin komen dong😔 biar aku nggak ngerasa kalo tulisan aku ini sia-sia 🥲

Met reading flow ku sayangg💐

*****

Dari pagi, Levi sudah gatal ingin segera melabrak Delwin. Apalagi setelah Aksa bercerita bahwa Fadil diserempet seseorang dengan ciri-ciri yang sama seperti peneror Aksa. Tapi Akbar terus menahan Levi. Kata Akbar, mereka harus menunggu waktu yang tepat jika ingin melakukan sesuatu. Sampai akhirnya ketika pulang sekolah, barulah Akbar mengijinkan teman-temannya untuk melabrak Delwin. Entah seperti apa waktu yang tepat menurut Akbar. Padahal jika pelakunya masih satu sekolah, waktu kapanpun juga tak akan tepat.

Tapi Levi tak peduli, yang penting ia mendapat ijin Akbar untuk melabrak cecunguk sok kecakepan ini. Levi tak berani berbuat apa-apa jika tak mendapat ijin dari Akbar, takut terjadi apa-apa di akhir bila ia tak menuruti perkataan temannya itu.

Mungkin saja Akbar memilih ketika pulang sekolah karena hari ini memang jadwalnya Delwin ekstrakulikuler dan sekolah sudah sepi. Bastian, Levi dan Mada menghampiri Delwin yang sedang memainkan bola basketnya. Sedangkan Akbar dan Aksa mendengarkan dari balik tembok. Sebetulnya Mada juga ingin ikut bersama Akbar dan Aksa saja, malas ribut. Namun Akbar menyuruhnya di sana supaya Mada bisa menjadi penenang. Mengingat Levi dan Bastian adalah orang yang tak bisa menahan emosi.

"Win, kita mau ngobrol sama lo," ucap Levi membuat Delwin seketika menghentikan kegiatannya dan menatap Levi.

"Gue nggak ada waktu," ketus Delwin hendak meninggalkan mereka namun lengannya ditahan oleh Bastian.

"Kita cuma pengen ngobrol bentar," ucap Mada.

"Ngobrol apaan? Kalo nggak penting nggak usah. Sok deket lo semua sama gue," ujar Delwin enggan menanggapi mereka lebih jauh. Lagipula biasanya mereka sangat sinis padanya, tapi sekarang kenapa tiba-tiba ingin berbicara?

"Halah nggak usah basa-basi deh. Lo yang neror Aksa kan selama ini?" tanya Bastian tak sabaran.

Wajah Delwin berubah menjadi kaget, namun kaget yang bingung. Bukan seperti orang yang ketahuan melakukan kejahatan, "Teror apa yang lo maksud?" tanya Delwin tak tahu.

"Sok nggak tau lo. Lo kan yang udah gangguin Aksa akhir-akhir ini? Bahkan kemarin lo nyerempet adiknya Aksa. Nggak ada lo kampret," ucap Levi emosi.

"Elo yang kampret! Dateng-dateng nuduh orang sembarangan. Gue nggak punya waktu buat hal nggak penting kayak gini," ucap Delwin marah.

"Lo neror Aksa karena Aksa berhasil pacaran sama Alsava yang selama ini lo kejar-kejar. Ngaku deh," ujar Levi tetap menyudutkan Delwin.

Delwin tak habis pikir, mengapa orang-orang ini harus mengganggu waktunya untuk hal yang tak berguna?

"Gue rangkum tuduhan lo semua, ngomong kok fafifu wasweswos," ucap Delwin meledek bagaimana mereka menuduhnya.

"Jadi lo nuduh gue neror temen lo karena gue sakit hati Aksa udah ngerebut Alsava dari gue. Padahal gue udah ngejar-ngejar Alsava dari kelas sepuluh. Gitu?" tanya Delwin diangguki Mada.

Delwin berdecak kesal, "Goblok lo semua."

Bastian ingin menempeleng mulut Delwin yang berkata tak patut seperti itu, namun dengan cepat ia ditahan oleh Mada.

"Gini, pertama dan yang paling utama. Gue nggak akan nurunin level gue cuma gara-gara cewek, apalagi sampe neror orang. Buang-buang waktu. Gue bisa dapetin banyak cewek bro, bukan cuma Alsava doang. Lagian, Alsava nggak se worth it itu buat gue kejar sampe ganggu hidup orang," jelas Delwin.

DANADYAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang