DANADYAKSA | 29

21.3K 2.9K 151
                                    


Aksa bersender di brangkar UKS dengan wajah yang semakin pucat. Ia sudah makan, meskipun sedikit. Dan ia sudah tidur, seperti apa yang ia minta. Tapi keadaannya tak juga membaik.

"Kita ke dokter aja gimana, Sa?" tanya Mada pada Aksa, tapi Aksa menggeleng tak mau. Yang menemani Aksa hanya Mada. Hanya diijinkan satu anak untuk menemani agar tak terlalu ramai.

"Muka lo pucet banget. Badan lo panas," ucap Mada cemas. "Yakin lo nggak kenapa-napa?"

Aksa menggeleng, "Nanti sembuh." Aksa berujar dengan sangat pelan.

"Lo kurang istirahat mungkin, Sa. Kecapekan. Diri lo itu lebih penting dari apapun. Uang bisa dicari, tapi kalo kesehatan? Nggak bisa dibeli," ucap Mada.

"Kalo kerja sewajarnya aja, jangan dipaksa. Banyakin istirahat juga. Lo kerjanya udah kayak kerja rodi. Minim istirahat," lanjut Mada. Terselip nada kesal di dalamnya.

Aksa mengangguk, "Mau minum."

Mada mengambilkan air putih dan menuntun Aksa untuk minum.

"Udah enakan belum, Sa?"

"Udah."

"Gue nggak tau harus ngomong apa liat lo kayak gini," ujar Mada menatap Aksa yang memejamkan matanya dan sedikit meringis.

"Lo selalu kerja keras buat adek lo, tapi lo ngelupain diri lo sendiri," cetus Mada. "Nggak gitu harusnya. Lo harus merhatiin diri lo juga."

Aksa menggeleng, ingin menjawab panjang tapi kekuatannya tak cukup.

"Lo kalo ada masalah atau butuh sesuatu, hubungin gue. Hubungin yang lain. Kita pasti bakal bantu. Lo masih punya temen yang bakal selalu ngedukung lo."

"Kalo butuh cerita, bisa ke Akbar. Lo bisa ceritain apapun yang lo rasain. Dia bakal denger. Paling enak curhat ya sama dia. Nggak bakal dijawab, cuma bakal didengerin tapi itu lebih nyaman daripada dinasehatin," katanya.

"Tapi kalo lo butuh nasehat, bisa ngomong ke gue. Bakal gue kasih saran sebaik yang gue pikirin."

"Dan kalo butuh keluar buat main sama nyegerin pikiran, ajak aja dua cunguk temen lo itu. Mau kemana aja pasti dijabanin. Mau ke Cappadocia juga dijabanin."

"Jangan diem tapi tiba-tiba sakit kayak gini. Kebanyakan pikiran, sih, lo."

"Gue tau lo sekarang lagi mikirin turnamen, kan? Nggak usah dipikirin! Santai aja. Sekali lagi, yang paling penting itu kesehatan lo."

"Mau tidur," minta Aksa berusaha membaringkan tubuhnya.

Mada membantu Aksa, membenarkan letak bantal agar nyaman digunakan Aksa lalu menyelimuti Aksa tapi ditolak.

"Gerah."

"Oh iya lupa." Mada menarik kembali selimut tersebut.

"Nanti kalo pulang sekolah gue anterin ke dokter bentar. Minimal tau lo sakit apa dan dapet obat biar cepet sembuh," ujar Mada.

"Kalo nanti udah lumayan sembuh, jangan langsung kerja. Istirahat dulu sampe bener-bener sembuh. Jangan banyak pikiran juga, gue sama yang lain bakal bantu. Dengan catatan lo nggak boleh ngerasa nggak enak dan nolak. Kita itu temen."

Aksa menghembuskan nafas, ia kira setelah berkata bahwa ia ingin tidur, Mada akan berhenti berceloteh dan keluar dari sini. Tapi ternyata sama sekali tidak.

"Masalah Ghan--"

Mada menghentikan ucapannya ketika mendengar suara pintu UKS yang terbuka. Alsava muncul dan berdiri kikuk di sana.

"Kenapa?" tanya Mada dan Alsava segera berjalan menuju Mada.

Aksa membuka matanya yang terasa panas itu ketika mendengar suara orang lain.

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now