DANADYAKSA | 37

22.5K 2.7K 128
                                    

Aksa pulang dengan nafas terengah-engah. Kaos hitamnya penuh keringat dan wajah yang terdapat banyak luka.

Fadil berlari menghampiri Aksa dengan khawatir, "Bang Aksa kenapa?!"

Aksa menggeleng. Mendudukkan tubuhnya di kursi kayu yang ada di sana. Menetralkan deru nafasnya yang tak beraturan.

"Ih! Bang Aksa habis berantem, ya?!" tebak Fadil menunjuk-nunjuk wajah Aksa, tapi Aksa kembali menggeleng.

"Kalo gitu kenapa dong? Kok wajahnya luka-luka? Bang Aksa dikeroyok preman?" tebak Fadil lagi.

"Enggak, Dil. Bang Aksa nggak kenapa-kenapa."

"Nggak kenapa-kenapa kok wajahnya ada darahnya? Terus kalo gitu kenapa bisa ada darahnya?!"

"Bilangin ke Kak Mimi minta tolong ambilin air buat Bang Aksa, gitu, Dil. Bang Aksa haus," ucap Aksa menghentikan Fadil yang ingin mengoceh lagi.

Aksa mengipasi wajahnya yang terasa panas dan gerah. Hari sudah menjelang maghrib dan ia baru pulang setelah bekerja.

"Nih, Kak Mimi. Lihat, deh. Bang Aksa pasti habis berantem," ujar Fadil mengadu. Di sampingnya ada Mia yang membawa segelas air putih.

"Loh, Bang Aksa?! Wajahnya kenapa?"

"Airnya siniin dulu," pinta Aksa. Ia meneguk air minum itu hingga habis.

"Bang Aksa wajahnya kok lebam-lebam gitu," lirih Mia dengan nada cemas.

"Ada hubungannya sama rentenir yang kayak waktu itu ya, Bang?" tanya Mia menatap wajah Aksa yang penuh dengan guratan lelah.

"Enggak. Nggak kenapa-napa ini, mah. Biasa kalo buat cowok," balas Aksa tersenyum tenang.

"Mia nanya alasannya, kenapa bisa jadi lebam gitu?" tanya Mia lagi.

"Nggak tau," jawab Aksa.

"Bang Aksa.. dikeroyok?" tanya Mia hati-hati.

"Enggak."

"Terus kenapa? Mia takut kalo Bang Aksa dikeroyok sama rentenir atau orang lain," ucap Mia pelan.

"Bang Aksa biasanya kalo pulang lebam-lebam gini pasti karena rentenir."

"Bukan, Mi. Bukan kenapa-napa. Kamu nggak usah sedih gitu. Orang Bang Aksa aja santai gini," balas Aksa menampilkan senyumnya untuk menenangkan Mia.

"Mia suka sedih kalo liat Bang Aksa lebam-lebam dikeroyok sama anak buahnya juragan Jardon atau orang yang nggak suka sama Bang Aksa," tutur Mia.

"Bang Aksa juga sedih waktu liat tangan kamu biru-biru gara-gara Canon," cetus Aksa mengingatkan Mia dengan kejadian kemarin.

"Beda, Bang. Bang Aksa lebam-lebam karena harus minjem duit buat Mia sama Fadil."

"Tapi kan sama-sama luka," ujar Aksa tak mau kalah.

"Mia nggak tega liat Abang kayak gini. Mia bisa bantu Bang Aksa cari uang, kok. Mia udah bisa kerja. Dulu waktu Bang Aksa seumurannya Mia, Bang Aksa juga udah kerja," ucap Mia menawarkan diri.

Aksa mulai menatap Mia dengan raut tak suka, "Dulu Bang Aksa kerja karena harus. Dan itu udah tanggung jawab Abang. Bang Aksa kerja keras ini ya buat kamu sama Fadil. Biar bisa nikmatin masa remaja yang seneng."

"Kamu cukup belajar. Urusan kerja itu udah urusan Abang, tanggung jawab Abang. Kamu nggak udah mikirin yang macem-macem," sambung Aksa dengan sirat nada yang tak bisa dibantah.

"Kamu ini adik perempuan Abang. Hidup kamu itu tanggung jawab Abang."

"Tapi Mia pengen bantu Bang Aksa," tutur Mia lagi.

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now