DANADYAKSA | 31

23K 2.7K 229
                                    

Aksa berdiri di samping LAB komputer yang letaknya dekat dengan parkiran. Banyak siswa-siswi berdesakan mengambil sepeda motor dan mobil untuk segera pulang.

Dari tempatnya berdiri, Aksa bisa melihat Alsava yang melambaikan tangan dan tersenyum lebar pada Mingmei lalu masuk ke dalam mobil jemputannya.

Aksa termenung, apa yang dilihatnya benar-benar menyadarkan alam bawah sadarnya. Ia kembali sadar dirinya dengan Alsava sangat berbeda. Dan dengan lancangnya ia mempunyai pikiran untuk mencintai Alsava?

Dia hanya pemuda biasa tanpa orang tua yang memperjuangkan kebahagiaan adiknya. Sedangkan Alsava adalah anak perempuan yang dimanjakan keluarganya. Mimpi darimana Aksa bisa mendapatkan Alsava? Harusnya Aksa sadar dan selalu sadar akan hal itu dari awal.

"Tapi gue cinta sama lo, Al.." lirihnya memperhatikan kepergian mobil mewah itu.

****

Aksa menyiapkan segala keperluannya untuk besok. Mulai dari baju ganti, peralatan mandi dan yang lain. Kesehatannya masih mungkin untuk sekedar ikut turnamen, meskipun tak bisa latihan keras. Turnamen itu dilaksanakan di kota tetangga yang jaraknya lumayan jauh. Lama atau tidaknya Aksa di sana tergantung bulu tangkisnya, masuk final atau tidak.

Aksa berniat menitipkan Fadil dan Mia pada keluarga Mada. Karena keluarga yang paling harmonis diantara teman-temannya ya cuma Mada. Akbar yang diasuh Tante dan Omnya sejak kecil karena orang tuanya pergi entah kemana, Levi orang tuanya berpisah dan masing-masing sudah menikah lagi dan Bastian yang ibunya suka selingkuh dan ayahnya malah berfoya-foya dengan uang selingkuhan Ibunya. Kakak pertama Bastian menghamili perempuan saat masih SMA dan adik terakhir Bastian menjadi anak liar, anak punk. Hanya Bastian dan Kakak keduanya saja yang waras.

Jika sekolahnya masuk final, mungkin Aksa akan sangat lama berada di luar kota, seperti tahun lalu. Dan ia tak mungkin membiarkan adiknya berada di rumah sendirian.

Aksa menghembuskan nafasnya ketika ia sudah selesai berkemas. Ia menuju ruang tamu untuk menemui Fadil dan Mia. Cowok bergelang hitam itu duduk di samping Fadil yang sedang belajar membaca bersama Mia.

"Abang besok mau turnamen," ucap Aksa.

"Udah tau, Bang," balas Fadil tanpa menatap Aksa. Fokus pada buku belajar di depannya.

"Abang nggak tau kapan pulangnya, jadi Fadil sama Mia di rumahnya Kak Mada pas Abang turnamen," ucap Aksa memberitahu. Sebenarnya ia tak rela menitipkan adiknya ke sana sini. Tapi tak akan ada yang menjaga adiknya jika ia tak menitipkan pada orang yang ia percayai.

Mia dan Fadil langsung menatap ke arah Aksa dengan cepat.

"Kayak tahun lalu, ya, Bang?" tanya Mia. "Bang Aksa lama?" ada nada takut ketika Mia bertanya seperti itu.

"Bang Aksa enggak tau. Tapi Bang Aksa nggak tega kalo kalian nggak ada yang jaga. Abang cuma percaya kalian aman kalo di rumahnya Kak Mada," balas Aksa.

"Kalian nggak suka di sana?" tanya Aksa melihat ekspresi kedua adiknya yang murung setelah ia mengatakan hal tersebut.

"Bukannya waktu itu kalian bilang suka karena kamarnya bagus? Terus luas dan banyak mainannya juga. Kok sekarang sedih gitu?"

"Mia takut ngrepotin, Bang," ujar Mia memainkan jari-jarinya.

Aksa tak langsung menjawab pertanyaan Mia. Ia juga takut merepotkan Mada, terutama ibunya. Tapi Mada yang menawarkan dan memaksa agar Fadil juga Mia dititipkan di rumahnya. Alasannya, Mada anak tunggal dan ingin mempunyai adik. Ia akan sangat senang jika ada Fadil dan Mia untuk meramaikan rumah. Ibu dan Ayahnya pun tak keberatan.

"Enggak ngerepotin asal kalian nggak nakal," jawab Aksa. "Nggak akan nakal, kan?"

Mia dan Fadil sama-sama menggeleng.

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now