DANADYAKSA 60

12.7K 1.3K 132
                                    

Haii FlowwQ. Apa kabs broo

Dah deh, kalian baca aja

*****

Aksa tersadar dengan ucapan Akbar. Ia tak mungkin meninggalkan kedua adiknya sendirian di rumah apalagi ketika malam hari di keadaan seperti ini. Itu sangat membahayakan merek. Aksa pun bekerja di cafe bisa sampai tengah malam.

Karena itu, ketika malamnya ia berangkat kerja, Aksa menitipkan Fadil dan Mia di rumah orang tua Lira. Aksa hanya terpikirkan rumah Lira saat ini. Cowok bergelang hitam itu sangat takut kedua adiknya kenapa-kenapa. Tapi ia tak mungkin meninggalkan pekerjaannya.

Aksa tetap berangkat bekerja meskipun hatinya tak rela, tapi saat ia sampai, ia sedikit terkejut karena cafe tutup. Apa karena memang sedang libur? Tapi dirinya tak mendapat kabar bahwa cafe ini sedang libur.

Setelah memarkirkan sepedanya, mata Aksa berkeliling untuk mencari siapapun yang bisa ia tanyai. Dan matanya menangkap Gilang yang di tangannya memegang sapu ijuk.

"Bang Gilang!" seru Aksa dan segera menghampiri Gilang.

Gilang yang sedang menyapu langsung mendongak melihat Aksa dan mengernyitkan dahinya bingung, "Lah? Lo kenapa masuk hari ini?"

"Bukannya hari ini emang nggak libur ya Bang?" tanya Aksa.

"Lo nggak tau?"

Aksa menggelengkan kepalanya tanda tak tahu, "Tau apa Bang?"

"Duduk dulu gue ceritain," ujar Gilang lalu duduk bersama Aksa di kursi yang ada di depan cafe.

"Cafe ini kemarin digeruduk masa. Nggak terlalu banyak sih, mungkin sekitar 15 atau 18 orang gitu. Tapi mereka kayak orang marah banget gitu loh, Sa," ujar Gilang mulai bercerita.

Aksa mendengarkan cerita tersebut dengan seksama, memastikan tak ada yang terlewat satu pun.

"Waktu gue baru dateng, gue kaget dong. Bahkan gue hampir diserang sama mereka, tapi gue ngumpet. Gue nggak tahu jelasnya kenapa mereka kayak gitu. Bos pun nggak ngasih tau karyawannya sama sekali. Nggak ada yang tau," sambung Gilang.

"Apa mungkin bos ada masalah? Kriminal?" tanya Aksa mengucapkan kemungkinan yang ada di kepalanya.

Gilang menggeleng, "Gue nggak percaya kalo bos kayak gitu. Dari yang kita kenal aja, bos tuh humble ke semua orang, suka nolong karyawannya kalo lagi susah. Masa iya bos ngelakuin kejahatan kayak gitu?"

Aksa mengangguk-angguk, benar juga. "Terus jadinya gimana, Bang?"

"Cafe ini libur beberapa hari, nggak tau deh sampe kapan. Bos bilang, ini demi keselamatan semuanya karena bisa aja tiba-tiba banyak orang ke sini lagi," jawab Gilang.

Sayang sekali, padahal cafe ini adalah salah satu cafe favorit untuk anak muda yang ingin sekedar menjernihkan pikiran dari masalah dan tugas yang menumpuk. Cafe ini pun tak pernah sepi pengunjung, pasti setiap harinya ramai. Para karyawannya pun betah bekerja di sini karena bosnya yang anak muda banget. Tapi naasnya cafe ini terjerat kasus yang sepertinya memang besar.

Aksa sangat menyayangkan ini terjadi tempat paling nyaman untuknya bekerja adalah cafe ini sebab hubungan antar karyawannya seperti teman dekat karena senasib seperjuangan sebagai anak muda yang sedang mencari uang.

"Tapi kenapa lo masih kerja, Bang?" tanya Aksa.

"Gue sekedar bersih-bersih aja sih biar nggak kotor dan sintru. Bos sebenernya nggak nyuruh, tapi karena cafe ini udah kayak rumah kedua, gue mana tega ngebiarin cafe ini kotor," balas Gilang. Ya, semua karyawannya pun pasti sangat menyayangi cafe ini seperti rumah kedua bagi mereka.

DANADYAKSAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt