DANADYAKSA 64

11.4K 1.3K 179
                                    

Met reading flow ku muach

****

Aksa bangun dari tidurnya saat jam istirahat kedua. Kata Bastian tadi memang ada jamkos jadi ia membiarkan Aksa untuk tidur karena Aksa terlihat sangat kelelahan. Saat bangun Aksa teringat akan Alsava. Tentang kemarin yang ia membatalkan rencana dengan mendadak. Tanpa berkata apapun pada Bastian, Aksa langsung keluar kelas untuk mencari Alsava. Ia ingin segera meminta maaf atas kesalahannya kemarin.

"Al! Alsava!" ucap Aksa mengejar Alsava ketika melihat gadis itu di depan perpustakaan. Aksa memang mencari-cari Alsava untuk meminta maaf.

"Al," ucap Aksa mencekal lengan Alsava sedikit kuat supaya gadis itu tak lagi menghindarinya.

"Apasih, Sa. Lepasin," ujar Alsava memberontak.

"Untuk masalah kemarin, aku minta maaf," balas Aksa tetap menahan Alsava. Sekarang ia sudah tak mempedulikan pegal-pegal di badannya akibat bekerja tadi malam, yang ia pikirkan sekarang adalah Alsava. Masalah kemarin harus diselesaikan sekarang.

"Segampang itu kamu minta maaf?" tanya Alsava meluapkan emosinya. Apalagi setelah tadi ia mendengar kalimat-kalimat yang diucapkan Sasa tadi. Ia semakin yakin untuk tidak memaafkan Aksa begitu saja.

"Kemarin itu aku ada urusan penting banget, Al. Nggak bisa ditinggal. Beneran," ujar Aksa tetap berusaha membujuk Alsava.

"Lebih penting dari aku?" tanyanya.

"Kita jarang jalan berdua loh, Sa. Jangankan jalan-jalan, kamu aja nggak pernah bales chat aku yang aku kirim berhari-hari," ucap Alsava.

"Iya, Al. Maaf, aku minta maaf," kata Aksa tak membela diri sama sekali.

"Gantinya nanti malem aja gimana? Nanti malem aku free," ujar Aksa lagi. Padahal ia harus bekerja di pabrik tekstil nanti malam. Tapi tak apa, asal masalah ini cepat selesai.

"Udah deh, Sa. Aku capek sama kamu," ucap Alsava mencoba melepaskan cekalan Aksa pada lengannya namun tak bisa. Tenaga Aksa jelas lebih kuat darinya.

"Jangan gini, Al. Mending kamu marah aja daripada menghindar kayak gini.." ujar Aksa frustasi dengan sikap Alsava padanya.

"Kamu minta maaf aja nggak niat! Minta maaf tapi alesannya cuma ada urusan penting. Urusan penting kayak gimana? Sepenting itu kah sampe kamu batalin tiba-tiba?" tanya Alsava dengan mata berkaca-kaca. Alsava sangat lemah jika harus berdebat seperti ini.

Aksa menarik nafas dalam-dalam, speertinya jalan satu-satunya supaya masalah ini selesai adalah dia harus menjelaskan tentang urusannya kemarin. Meskipun sebetulnya Aksa tak mau menceritakan itu pada siapapun termasuk Alsava. Namun mungkin dengan ini Alsava bisa sedikit luluh.

"Beberapa hari lalu cafe tutup karena Bosnya terjerat kasus penipuan yang artinya aku dipecat. Aku udah coba berkali-kali nyari kerja part time tapi nggak ada. Dan kemarin ada panggilan kerja di pabrik tekstil. Kalo aku nggak dateng kemarin aku nggak bakal dapet kerja, Al," jelas Aksa berharap Alsava mengerti namun ternyata tidak.

"Kamu itu kapan bisa terus terang sama aku?! Hah?! Kalo ada masalah pun kamu nggak pernah bilang apa-apa ke aku. Selama ini kamu nggak pernah anggep aku, kan?!" tanya Alsava marah.

"Al.." pasrah Aksa tak tahu bagaimana lagi caranya membujuk Alsava.

"Lo egois!" sentak Alsava menghempaskan tangan Aksa pada lengannya.

Aksa menatap kepergian Alsava dengan gamang. Ketahuilah bahwa Aksa juga lelah sekarang. Mental dan fisiknya benar-benar dihantam secara bersamaan. Dari mulai teror, pekerjaan yang sangat menguras tenaga dan sekarang Alsava. Aksa menyayangi Alsava, ia tidak main-main saat mengatakan itu. Namun pikiran Aksa bukan hanya tentang Alsava.

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now