DANADYAKSA 63

10.6K 1.2K 184
                                    

Saat Alsava sudah sangat excited akan kembali menghabiskan waktu dengan Aksa, Aksa tiba-tiba membatalkan rencana tersebut. Tentu saja Alsava marah, bagaimana bisa Aksa membatalkan sepihak tanpa alasan yang jelas?

"Nggak bisa gitu dong, Sa!" protes Alsava. Padahal setelah sekian lama ia tak berjalan berdua dengan Aksa, Alsava sangat menantikan momen ini.

"Maaf, Al. Tapi aku ada urusan mendadak. Ini penting banget nggak bisa aku tinggal. Maaf, besok aja ya? Aku janji besok bisa," ucap Aksa dan meninggalkan Alsava dalam kekesalannya.

Aksa bisa membatalkan keputusannya karena ia dihubungi Abah Parman bahwa pabrik menantunya membuka lowongan pekerjaan part time untuk anak SMA. Tentu setelah Bah Parman membujuk menantunya karena kasihan terhadap Aksa yang masih mencari-cari pekerjaan. Apalagi Aksa selalu baik kepadanya. Karena sebetulnya pabrik ini tak menerima part time. Oleh karena itu Aksa diminta langsung pergi ke pabrik menantu Abah Parman supaya lebih jelas.

Aksa tak mau melewatkan kesempatan ini, setelah pusing mencari pekerjaan akhirnya dia mendapat panggilan. Menurutnya kesempatan ini lebih penting dari apapun. Ia tak memikirkan apapun lagi setelah Abah Parman mengabarinya tentang ini. Aksa gembira bukan main. Dengan segera ia bergegas ke pabrik yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggalnya itu.

Aksa menatap sekeliling setelah sampai. Pabrik tekstil yang memang terkenal di daerahnya. Ia masuk untuk bertemu dengan pemilik pabrik tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah menantu dari Abah Parman. Saat masuk tak ada yang menyapanya. Semua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Aksa tak terlalu mengindahkan hal tersebut, ia berpikir itu adalah hal normal. Saat sampai di depan pintu ruangan yang dimaksud Abah Parman, Aksa menarik nafas panjang untuk menyiapkan dirinya supaya tidak salah berucap.

Ketika keluar dari ruangan tersebut, wajah Aksa tak sesemangat ketika masuk. Aksa memilih membeli air minum dan duduk di dekat sungai untuk menenangkan diri juga untuk menjernihkan pikiran yang seperti benang kusut.

Aksa senang pemilik pabrik tersebut dengan senang hati menerima Aksa untuk kerja part time malam meskipun lewat Abah Parman. Namun gaji yang ditawarkan sangat sedikit, bahkan setengah dari gajinya di cafe sebelumya. Sedangkan pekerjaan Aksa terhitung berat karena sebagai pekerja kasar. Juga jam kerja yang menurut Aksa sangat panjang. Dari jam 8 malam hingga jam 2 pagi. Aksa sudah menawar supaya gajinya lebih tinggi namun tak bisa. Pemilik tersebut beralasan bahwa ia hanya bisa memberikan gaji sekian sebab Aksa bahkan tak mempunyai ijazah SMA. Minimal bekerja di sana tiga bulan baru boleh resign dan itu tertulis di kontrak kerja.

Aksa melempar batu ke sungai yang tenang itu, pikirannya benar-benar kusut. Jika ia tak menerima pekerjaan tersebut tentu ia tak bisa memenuhi kebutuhannya, apalagi mencari pekerjaan sangat susah. Tapi di sisi lain jika ia menerima pekerjaan ini pasti akan sangat melelahkan. Waktu dan tenaganya akan terkuras banyak untuk itu.

Rasanya Aksa ingin putus sekolah saja dan merantau untuk kehidupan yang lebih baik, namun adik-adiknya masih dalam bahaya karena teror memuakkan itu.

"Gue terima aja kali ya sambil nunggu pekerjaan yang lebih enak," gumam Aksa. Masalahnya, ia harus bekerja minimal tiga bulan dulu baru boleh resign. Bagaimana jika di tengah-tengah ia mendapat pekerjaan yang lebih enak sedangkan kontraknya belum selesai?

"Nggak papa lah. Daripada nggak makan, rejeki nggak kemana," ucap Aksa pada dirinya. Ia merogoh bolpoin dan menandatangani kontrak kerja tersebut. Semoga saja ia kuat bekerja di sini.

*****

"Lo kenapa dah cemberut gitu?" tanya Mingmei pada Alsava di sampingnya. Selama ia menggambar temannya itu terus saja cemberut.

"Gue sebel banget sama Aksa, Mei," balas Alsava.

"Coba cerita," ujar Mingmei menutup buku sketsanya, bersiap mendengarkan cerita Alsava dengan sungguh-sungguh.

DANADYAKSANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ