DANADYAKSA | 03

32.7K 3.6K 79
                                    


2,1k++ kata

Semoga suka yaa! Jan lupa vote. Aku maksa.


***

Dengan masih menggunakan seragam sekolah, Alsava berjalan kaki menuju taman kota sendirian untuk mencari udara segar dan sekedar berjalan-jalan. Cuaca juga sangat mendukung, mendung tapi tak hujan. Yang membuat hawa semakin sejuk, apalagi sore-sore begini.

Alsava duduk di bangku kayu yang terletak di sebelah barat paling pojok taman ini. Bibirnya mengukir senyum memperhatikan sekitar yang kebanyakan dipenuhi oleh anak muda. Ada beberapa juga anak-anak kecil yang bermain.

"Enak banget kayaknya punya pacar." gumam Alsava melihat ke dua orang yang tengah berpelukan.

"Tapi gue nggak boleh selingkuh dari Bang Jefri."

Gadis berkucir kuda itu mengeluarkan novel dari tasnya dan menyumpal telinganya dengan earphone.

"Banyakin cuaca kayak gini, Ya Allah. Hamba sangat suka." ucap Alsava memandang langit yang berwarna biru keabu-abuan.

Alsava memejamkan matanya, menikmati alunan lagu yang mengalun di telinganya dan angin yang menyisir kulit wajahnya.

"Enak keknya kalo idup di gunung, apalagi gunung berapi."

Suara teriakan membuat Alsava membuka matanya terkejut. Gadis itu menoleh sekitar, mencari sumber teriakan yang terdengar kesakitan.

Matanya membola ketika melihat gadis berseragam biru putih yang dirundung empat orang laki-laki. Gadis itu tampak menangis dan memohon ketika laki-laki berambut berantakan menarik kencang rambutnya.

Dengan cekatan, Alsava berlari menghampiri mereka. Tangannya mencekal kuat lengan laki-laki yang hendak menampar gadis di depannya.

"Apaan, sih, lo. Nggak usah ikut campur." salah satu cowok berujar dengan kesal kepada Alsava.

Alsava mengabaikan. Ia berbalik melihat gadis yang diselamatkannya sedang terduduk dan menangis diam.

"Kamu nggak pa-pa, Dek?" tanya Alsava memegang pundak gadis itu. Hati Alsava mencelos, ternyata seragam gadis itu basah yang membuat dalamannya sedikit terlihat. Bukan hanya seragam, tapi rambutnya juga ikut basah.

"Kalian kira dengan kalian ngerundung dia itu keren?! Hah?!" ujar Alsava menunjuk keempat anak itu dengan geram.

"Lo kira dengan lo sok jagoan gitu keren? Hah?" jawab cowok lain.

"Pakek mbantah lagi, lo! Kalian itu cowok! Kenapa mainnya keroyokan sama cewek?!" geram Alsava.

"Ini tuh bukan urusan Kakak! Mending Kakak pergi sana! Kakak ganggu waktu kami menyantap korban kami." ucap cowok yang memakai tas merah muda.

"Lo korban cerita-cerita psikopat, ya? Gaya lo menyantap korban segala. Gue santap juga lo!" tukas Alsava menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dengan alasan apa kalian ngebully dia?" tanya Alsava.

"Jelas karena dia miskin!"

"Udah miskin, sok banget lagi."

"Liat aja seragamnya, murahan. Kayak harga dirinya dia." ucap cowok berambut berantakan memandang rendah gadis yang ia bully. Alsava yakin, dia adalah ketua dari perkumpulan ini.

"Masih kecil omongan dijaga!" ujar Alsava mendorong pundak cowok itu.

"Emang iya murahan! Lo liat seragamnya, baru disiram dikit aja tubuhnya udah keliatan." ucap cowok itu membuat gadis yang sejak tadi menunduk semakin memeluk tubuhnya kuat.

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now