DANADYAKSA 68 [END]

32.9K 1.8K 596
                                    

Kalian nggak salah baca. Ini adalah bab terakhir Danadyaksa.

Happy reading, Flow🧡

*****

Penyembuhan Mia membutuhkan waktu berhari-hari hingga Mia betul-betul sembuh. Mia mengalami luka cukup parah di bagian punggungnya, namun syukurnya tak sampai patah tulang.

Ghani sudah diamankan di kantor polisi dan tentunya di keluarkan dari sekolah. Namun tak ada yang mengetahui alasan sebenarnya mengapa Ghani sampai dikeluarkan. Aksa dan teman-temannya sengaja menyembunyikan hal tersebut supaya tidak semakin heboh.

Berhari-hari pula setelah kejadian tersebut Aksa seperti mayat hidup. Ia tak mempunyai semangat untuk menjalani hidupnya seperti hari-hari sebelumnya. Setiap kali bertemu Alsava, mereka berdua akan sama-sama melengos seperti tak pernah kenal.

Aksa tak pernah membenci Alsava, sungguh. Bahkan cara Aksa menatap Alsava masih sama, penuh rasa sayang.

Ia tak memberitahu teman-temannya alasan sebenarnya mengapa hubungannya dengan Alsava kandas. Setelah Aksa dan Alsava putus pun, banyak rumor buruk beredar dan menyumpah serapahi Aksa. Setiap kali ia berjalan sendirian, pasti ada saja orang yang menggunjingkannya. Tapi Aksa tak menanggapi.

Rasa lelah bekerja di pabrik tekstil itu sangat terasa. Sampai satu bulan penuh Aksa bekerja di sana dan menerima gajinya. Ternyata gajinya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama satu bulan. Aksa harus menghutang beras di warung untuk makan. Aksa sangat stress. Jika ini terus berlanjut, tak mungkin ia bisa bertahan hidup.

Hingga akhirnya Aksa mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya.

"Gue mau putus sekolah."

Teman-teman Aksa menatap Aksa kaget. Apalagi penampilan Aksa yang semakin hari semakin berantakan.

"Gue mau putus sekolah dan ngerantau," ulang Aksa karena teman-temannya tak kunjung merespon. Tatapan Aksa kosong. Seperti orang yang sudah pasrah akan hidupnya.

"Buat apa lo putus sekolah?" tanya Levi garang.

"Buat kerja. Buat nyari makan." Aksa mulai terpancing emosi mendengar ucapan Levi yang seakan menyudutkannya.

"Harus putus sekolah?" tanya Bastian.

"Bertahun-tahun gue berjuang untuk kerja sambil sekolah. Gue pinter-pinter ngatur waktu. Tapi nyatanya apa? Gaji gue bahkan masih kurang untuk sekedar makan," jawab Aksa. Ia menjambak rambutnya sendiri untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya.

"Beasiswa gue bahkan udah dicabut gara-gara gue nggak aktif badminton. Gue nggak aktif badminton juga karena kerja. Gue udah nggak tau lagi gimana caranya ngebagi badan gue biar tetep bisa ngelakuin berbagai tanggung jawab itu," sambung Aksa terduduk lemas.

Ia sudah tak mempunyai beasiswa untuk bersekolah di sini. Biaya sekolah di Cokroaminoto sangat mahal. Dengan beasiswa saja Aksa masih selalu kurang dalam memenuhi kebutuhannya. Apalagi tanpa beasiswa?

"Lo nggak perlu sampai putus sekolah, Sa. Lo punya kita. Kita bisa bantu lo," ujar Mada. "Masalah beasiswa itu biar gue ngomong sama Kakek."

Aksa terdiam sejenak, Mada terkesan menggampangkan semuanya dan itu melukai harga dirinya. "Mad, gue nggak suka dikasihanin."

"Kita bisa bantu sekolah lo, Sa. Kita juga bisa bantu kebutuhan lo. Lo nggak harus sampai putus sekolah apalagi ngerantau," ucap Bastian dengan gampangnya.

Nafas Aksa menggebu, "Gue tau lo kaya. Gue tau lo bisa bayarin apapun. Bahkan lo bisa aja ngebeli hidup gue. Tapi bukan itu yang gue mau."

"Dengan lo ngomong kayak gitu, itu sama aja ngelukai harga diri gue, Bas." Aksa menatap Bastian serius.

DANADYAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang