DANADYAKSA | 48

19K 2.3K 429
                                    

Aksa yang baru keluar dari bilik toilet tiba-tiba mendapat bogeman mentah di pipinya hingga ia tersungkur. Belum sepenuhnya sadar dengan apa yang terjadi, kerah seragamnya ditarik dengan kasar menuju gedung kosong belakang sekolah.

Aksa kembali dihajar habis-habisan di gedung kosong itu yang pelakunya tak lain dan tak bukan adalah Delwin.

Kemarin malam, ia mendapatkan kabar dari temannya jika Aksa dan Alsava berpacaran. Tentu ia murka. Bagaimana bisa cowok miskin seperti Aksa mendapatkan Alsava? Bahkan ia yang mengincar Alsava sejak pertama kali masuk SMA Cokroaminoto pun tetap tak bisa dekat dengan gadis itu.

Cowok berparas bule itu sudah menahan amarahnya dari kemarin malam dan sekarang, ia melampiaskannya pada orang yang membuatnya marah.

Aksa terbatuk karena merasakan sesak di dadanya, tak bisa melawan karena Delwin terus memukulnya. Namun pukulan Delwin ini masih terbilang cupu. Tak terlalu sakit dibanding pukulan-pukulan yang pernah dirasakan Aksa sebelum ini.

Delwin menarik kerah seragam Aksa dan memaksa cowok itu berdiri, meskipun dengan susah payah.

"Lo pacaran sama Alsava?" tanyanya tajam, semakin mencekik leher Aksa.

Aksa menyunggingkan senyum, menatap Delwin yang tampak sangat marah itu dengan tak takut. "Iya. Kenapa? Kalah saing?"

Delwin semakin kesal dengan Aksa. Seringai yang ditunjukkan Aksa membuat harga dirinya seperti dilecehkan.

"Berani-beraninya lo pacaran sama dia? Lo sadar nggak lo siapa? Lo itu cuma orang miskin. Gembel. Jelek. Kumuh. Nggak pantes sama Alsava," ujar Delwin penuh penekanan. Matanya semakin berkilat.

"Lo pikir gue peduli?"

Jawaban Aksa yang begitu santai itu membuat Delwin menginjak kaki Aksa kuat hingga cowok itu mengeram kesakitan, "Sadar diri. Cowok miskin kayak lo nggak pantes sama Alsava. Alsava terlalu sempurna buat cowok gajelas."

"Terus menurut lo, lo yang pantes buat Alsava? Mimpi." Aksa berdecih. Mencoba melepaskan cengkraman tangan Delwin pada kerah seragamnya.

Delwin melepaskan cengkeramannya dengan kasar, "Bokapnya Alsava belum tahu? Gue yakin bokapnya nggak bakal setuju anaknya sama bocah ingusan yang asal-usulnya nggak jelas."

Aksa menguspap darah segar yang mengalir dari sudut bibirnya lalu ia berdiri sejajar di depan Delwin.

"Sekali lagi gue bilang. Gue nggak peduli. Mau satu semesta nggak setuju gue sama Alsava pun, gue nggak peduli," balas Aksa yakin. Tatapan matanya tak gentar sama sekali.

Delwin memalingkan wajahnya dan terkekeh. Sepertinya, niatnya agar Aksa merasa tak percaya diri gagal. Nyatanya cowok itu sangat memegang teguh prinsipnya.

"Oke, lah. Alsava juga bukan satu-satunya cewek. Gue masih bisa dapet cewek yang lebih montok dari dia."

Aksa yang berusaha tak terpancing dengan omongan Delwin sedari tadi, sekarang mengeratkan giginya hingga bergemeletuk. "Maksud lo?"

Delwin tersenyum penuh kemenangan ketika Aksa mulai terpancing, "Ya lo pikir lah bro. Cowok seganteng dan sekaya gue ngincer Alsava pasti ada maunya. Bodynya kan cakep tuh. Lumayan lah."

"Gue bukan cowok murahan yang mau ngejar ngejar cewek nggak guna. Banyak cewek yang ngantri biar bisa pacaran sama gue. Tapi berhubung cewek lo itu cantik, bodynya depan belakang bagus, ya pasti gue mau lah. Jujur aja, lo pacaran sama dia juga ngincer badannya, kan?"

Pukulan keras menghujam pipi Delwin tanba basa-basi. Emosi Aksa tak bisa ditahan ketika Delwin berkata kurang ajar seperti itu tentang Alsava.

Pandangan Delwin mengabur, semua di matanya tampak buram setelah mendapat pukulan mematikan dari Aksa itu, "Bangsat lo!"

DANADYAKSAWhere stories live. Discover now