Lemonade: We Are..

3K 393 18
                                    



Seorang pemuda manis berjalan setengah berlari menuju kelasnya sembari terus merapalkan umpatan atas mimpi yang dia dapatkan tadi pagi. Semakin cepat dan ia memutuskan untuk berlari agar segera sampai di kelasnya. Ia tidak mau terlambat dan mendapat pelototan tajam dari dosennya.

Beruntunglah ia sampai di kelasnya tepat waktu dan segera saja ia melangkah masuk duduk di samping sahabat baiknya.

"Apa kau bangun kesiangan?"

Felix hanya menganggukkan kepalanya karna nafasnya yang masih memburu setelah berlarian di koridor kampus.

"Jangan lupa nanti sore kita harus menyiapkan panggung untuk pertunjukan seni."

Ya Tuhan, Felix sampai lupa kalau hari itu dia ada kegiatan lain. Mimpi bodoh yang memalukan itu membuatnya tidak fokus dan melupakan berbagai hal.








Kini Felix sedang duduk diam di bangku penonton ruang pertunjukkan kampusnya. Menatap orang-orang yang berlalu lalang di atas panggung untuk mempersiapkan berbagai hal yang dibutuhkan dalam pertunjukan seni kali ini. Felix bersantai karena ia merupakan bagian dari sie dokumentasi, sedangkan yang sibuk di panggung merupakan para anggota sie acara. Bukannya tidak mau membantu, tapi memang itu bukan bagian Felix, tentu saja ia akan turut sibuk nanti ketika acara pementasan berlangsung.

Pandangan Felix terpaku pada sosok pemuda berambut hitam di depan sana yang sedang sibuk dengan alat-alat musik untuk pementasan. Bola mata Felix mengikuti setiap pergerakan yang dilakukan orang itu. Pemuda itu..... Yang ada dalam mimpinya tadi malam. Bagaimana bisa?

Felix hampir jatuh dari duduknya karena panik pemuda yang sedari tadi ia amati tiba-tiba menengokkan kepala ke arahnya sampai tatapan mereka bertemu. Buru-buru ia alihkan pandangan ke sembarang arah asalkan tidak menatap pemuda itu lagi. Ia merutuki dirinya sendiri kemudian bangkit meninggalkan ruang pementasan.





2 hari berlalu, tibalah hari dimana pementasan akan dilakukan.

Pagi-pagi sekali Felix sudah bersiap untuk segera pergi ke kampus untuk mempersiapkan segala hal. Felix mengambil tas kamera yang berada di atas meja nakas kamarnya kemudian mematut dirinya di cermin besar miliknya. Memastikan penampilannya sudah rapi. Entah kenapa hari itu dia ingin mengenakan pakaian berwarna pink, membuatnya terlihat semakin cantik dan menawan.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Sesampainya di tempat, ia langsung mengeluarkan kamera dari dalam tasnya dan bersiap mengahmbil foto untuk behind the stage acara tersebut.  Kameranya terus bergulir kesana kemari menjepret berbagai hal yang dilakukan panitia. Felix terdiam ketika kameranya tidak sengaja menangkap sosok pemuda tampan yang muncul di mimpinya beberapa hari yang lalu. Dengan cepat Felix terus memencet tombol shutter di kameranya, seakan ingin mengabadikan setiap inci pergerakan pemuda itu. Ketika ia masih sibuk membidik kamera ke depan, tiba-tiba ia dikejutkan oleh tepukan di pundaknya yang tak lain adalah dari sahabat baiknya.

"Ayo segera bersiap, acara akan mulai 30 menit lagi."

Felix mengangguk lalu ikut meninggalkan tempat ia berdiri sebelumnya.




Felix mulai lelah berdiri sejak 1 jam yang lalu, tepatnya sejak acara dimulai. Ia berdecak pelan beberapa kali, mengedarkan pandangan ke sekitar untuk mencari tempat duduk yang kosong, namun nampaknya antusiasme penonton pertunjukan seni itu sangat besar jika dilihat dari ramainya penonton saat itu.

"Oke selanjutnya akan ada penampilan spesial dari salah satu panitia, hmm dia bilang ingin menyanyikan sebuah lagu untuk seseorang. Kira-kira akan seperti apa ya?? Kita saksikan saja penampilan spesial dari Seo Changbin!"

Penonton bertepuk tangan dan bersorak dengan semangat ketika mereka melihat idola fakultas seni yang saat ini sedang berjalan memasuki panggung dan duduk di depan piano yang berada disana.

Tersenyum manis ke arah penonton dan mulai memainkan jarinya pada tuts piano. Suara merdunya menyapa pendengaran seluruh audience sampai mereka terhanyut dan menikmati nyanyiannya. Ia menyanyikan You're Gonna Leave Forever in Me milik John Mayer.

"A great big bang and dinosaurs
Fiery raining meteors
It all ends unfortunately
But you're gonna live forever in me
I'll guarantee, just wait and see"

Felix mulai mengarahkan kameranya ke depan. Jika daritadi ia hanya menjepret penampilan, kali ini ia merekam video, mengabadikan suara indah pemuda di depan sana. Felix terus menatap pemuda itu melalui kameranya tanpa mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Parts of me were made by you
And planets keep their distance too
The moon's got a grip on the sea
And you're gonna live forever in me
I guarantee, it's your destiny"

Felix tertegun, ketika pemuda di depan sana menatap lurus tepat ke arah kameranya, seakan sedang menatapnya secara langsung. Jantungnya berdedak tak karuan. Ini...  De javu. Iapun menurunkan kameranya dan menatap pemuda yang masih menatapnya itu secara langsung.

"Life is full of sweet mistakes
And love's an honest one to make
Time leaves no fruit on the tree
But you're gonna live forever in me
I guarantee, it's just meant to be"

Ketika jeda musik, pemuda di depan sana tersenyum sendu ke arah Felix. Dan tanpa sadar air mata Felix mulai turun membasahi wajahnya. Teringat beberapa tahun lalu. Tepatnya ketika mereka masih bersama. Felix menunduk mengeluarkan kalung dengan gantungan cincin dari balik bajunya. Menatap ukiran nama di cincin itu.

Ketika Felix kembali memandang ke depan, ia terkejut melihat pemuda yang masih menatapnya juga meneteskan air mata.

"And when the pastor asks the pews
For reasons he can't marry you
I'll keep my word and my seat
But you're gonna live forever in me
I'll guarantee, just wait and see"

Dentingan piano berhenti dan tergantikan dengan tepukan riuh penonton yang terkagum dengan suara merdu Changbin. Pemuda itu mengusap wajahnya lalu membungkuk ke arah penonton sebagai tanda terima kasih.

Sebelum meninggalkan panggung, ia mengucapkan kalimat yang kembali membuat penonton heboh.

"Saat itu, merupakan kesalahanku melepasmu. Namun sekarang adalah waktuku untuk kembali mendapatkan hatimu. Karena selamanya kau akan selalu berada di hatiku."

Sekilas ia mengecup cincin yang tersemat di jarinya lalu meninggalkan panggung dengan bisikan-bisikan penonton yang penasaran dengan orang yang dimaksud idola fakultas itu.

Dan Felix masih di tempatnya, menggenggam erat cincin yang menggantung di kalungnya.









Lee Felix, kembalilah padaku.







Three Words [ChangLix] Where stories live. Discover now