1509

2.8K 381 40
                                    


"NOMOR 1509! MAJU!"

Felix meringis di tempatnya lalu berjalan maju ke depan dimana para senior berbaris rapi dengan mengenakan jas almamater. Pemuda bersurai cokelat itu berhenti ketika sampai di depan seorang senior dengan ban merah di lengannya dan name tag bertuliskan Seo Changbin di dada kanannya. Seniornya itu menatapnya dengan tajam sambil membawa buku bersampul kuning.

"Siapa namamu?"

"Lee Felix."

Ia menjawab masih dengan menatap wajah seniornya, teringat temannya yang kemarin dimarahi habis-habisan karena tidak memandang wajah senior ketika diajak berbicara.

"Apa tugas yang diberikan kemarin?"

"Membuat rangkuman acara dan pembekalan yang diberikan."

Felix berucap lantang dengan suara sedikit bergetar. Ia sedikit takut dengan para senior yang saat ini menatapnya datar namun tajam, sangat mengintimidasi. Ditambah lagi dengan dirinya yang sekarang berdiri di bagian depan aula kampus, malu dilihat oleh seluruh mahasiswa baru yang hadir.

"Lalu apa ini?"

Senior di depannya memperlihatkan buku bersampul kuning yang terbuka memperlihatkan satu halaman berisi gambar karikatur seseorang dengan ban di lengan kanan dan gambar tanduk iblis di kepalanya.

"Itu.. Gambar kak."

Felix menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Merutuk dalam hati karena ia sangat bodoh menggambar seperti itu di buku yang dikhususkan untuk kegiatan orientasi fakultasnya. Dilihatnya rahang senior di depannya yang mengeras. Felix pasrah. Akan menerima segala konsekuensi atas tindakannya. Sudah meremehkan tugas dan juga mengejek seniornya.

"Lari keliling lapangan 10 kali."

Felix menelan ludah mendengar perintah dari suara datar dan dalam  seniornya. Di luar sangat panas, dan ia harus berlari memutari lapangan sebanyak itu? Baiklah, Felix pasrah.




"Nomor 1509? Apa lagi sekarang?"

Changbin berdecak, menatap deretan tulisan di sebuah kertas yang baru saja diberikan oleh panitia orientasi. Disana tertulis nomor peserta dari para mahasiswa yang melakukan pelanggaran berulang kali. Pandangannya terpusat pada sebuah nomor yang tadi sempat ia teriakkan di dalam aula, daftar pelanggaran anak itu begitu banyak sampai membuat Changbin dan senior lain pusing karena memikirkan hukuman apa lagi yang harus diberikan pada mahasiswa baru itu. Wajahnya sangat manis, terlihat imut dan menggemaskan. Namun siapa sangka jika kelakuannya akan sangat nakal begini. Changbin menghela nafas kemudian meninggalkan ruang sekretariat BEM menuju lapangan tempat para mahasiswa baru berkumpul.




Cahaya matahari semakin terik, para mahasiswa baru yang berbaris di lapangan terlihat mengipasi badan mereka dengan buku panduan sembari mendengarkan senior di depan yang sedang menjelaskan kegiatan yang akan mereka lakukan selanjutnya.

"Baiklah, begitu kegiatan yang akan kita lakukan selanjutnya. Dan untuk nomor-nomor yang disebutkan diharapkan untuk keluar dari barisan."

Nomor para pelanggar disebutkan dan kini mereka berbaris di tengah lapangan, terpisah dengan mahasiswa lain yang sekarang melakukan kegiatan di dalam aula.

Peluh terlihat mengalir di wajah manis Felix. Ia menggerutu dalam hati merasakan betapa sialnya ia hari ini karena terus-terusan harus berjemur di bawah teriknya matahari. Lama-lama ia bisa kering jika harus terus seperti ini.

Changbin di depan barisan dengan membawa toa mulai mengucapkan salam, menarik atensi dari para mahasiswa baru di depannya dan menatap satu persatu mata mereka. Tatapannya masih sama, tajam dan mengintimidasi.

Three Words [ChangLix] Where stories live. Discover now