Stressful III

2K 344 150
                                    

Segala keputusan yang diambil tentu ada konsekuensi yang menyertainya. Entah itu akan berdampak baik ataupun buruk. Kita saksikan saja.

Changbin si dosen muda terlihat masih betah berciuman dengan salah satu mahasiswanya di ruang dosen. Keduanya tak mau kalah, harus bertahan untuk mendapatkan kemenangan karena harga diri yang mereka junjung tinggi. Tidak tau saja jika perbuatan mereka itu akan mengubah takdir mereka setelahnya.

Felix mulai kehabisan nafas namun ia harus bertahan sampai titik darah penghabisan. Malu dong, ia yang menantang masa ia juga yang kalah. Yang ada dosen pembimbingnya yang menyebalkan itu akan semakin memperlakukannya dengan seenaknya setelah itu. Felix mana mau.

Beberapa saat berlalu pemuda manis itu mulai merutuk dalam hati karena dosennya terlihat sangat tenang. Kalau seperti ini sih bisa-bisa Felix akan kalah. Ia hanya bisa berharap akan ada keajaiban yang terjadi agar ia bisa memenangkan taruhan ini.

"Pak Seo apa ada di dalam?"

Felix bersorak senang dalam hati ketika merasakan Changbin kehilangan fokusnya setelah mendengar suara orang memanggilnya. Changbin sedikit panik namun Felix justru masih asik melumat bibirnya tanpa takut mereka akan ketahuan.

"Pak Seo?"

Changbin tidak berminat menjawab, ia juga tidak ingin kalah dengan mahasiswa yang berada di pangkuannya itu. Namun ketika ia dengar suara langkah kaki mendekat, dengan segera Changbin melepas pagutannya dan mengangkat tubuh Felix agar berdiri di samping mejanya.

Tepat saat Changbin kembali duduk di kursinya, seorang dosen yang tadi mengajaknya makan bersama muncul dan berjalan ke arahnya.

"Ah, saya pikir Pak Seo tidak ada disini," ucap dosen itu kemudian menatap Felix yang hanya berdiri diam disana.

"Sedang bimbingan ya?"

Felix berkedip karena terkejut tiba-tiba ditanya, kemudian ia tersenyum tipis pada dosen senior itu dan segera menjawabnya.

"Iya, Pak."

"Kalau begitu Pak Seo tidak jadi makan bersama?"

Changbin yang sedari tadi menatap Felix segera mengalihkan perhatiannya pada dosen seniornya. Ia berdehem pelan kemudian menjawab pertanyaan dosen senior itu dengan setenang mungkin.

"Jadi, Pak. Saya sudah selesai."

Si dosen muda memberi kode pada Felix untuk segera pergi dan dengan peka pemuda manis itu mengangguk.

"Saya permisi dulu, Pak."

Felix segera berlari kecil keluar dari ruang dosen dengan senyum yang mengembang. Sangat jelas tadi Changbin yang melepas ciuman mereka, itu berarti ia yang menang kan? Ia sangat senang karena itu artinya ia akan terbebas dari kekejaman dosen pembimbingnya. Ternyata kenekatannya membuahkan hasil juga.

"Selamat datang ketenangan dalam hidup," gumamnya pelan sembari terus berjalan menyusuri koridor kampus yang tak begitu ramai dengan senyum lebar yang terus menghiasi wajahnya. Akhirnya nasib baik berpihak padanya.

Oh iya, ingatkan Felix untuk berterima kasih pada dosen senior yang tadi datang secara tiba-tiba dan menyelamatkannya dari kekalahan. Beruntung juga Changbin masih tau malu, jika tadi dosennya itu tidak mengalah, bukankah mereka berdua akan sangat malu kepergok ciuman di ruang dosen?








Seminggu setelah kejadian taruhan antara Felix dan dosen pembimbingnya, akhirnya datang hari dimana mereka akan melakukan bimbingan rutin lagi. Hari itu Felix berjalan dengan semangat menyusuri koridor kampus. Penampilannya agak berbeda dari biasanya, ia mengenakan pakaian rapi dan rambutnya juga ditata sedemikian rupa, wajahnya pun terlihat berseri dengan senyum tipis yang menghiasinya. Padahal sebelum-sebelumnya ia datang dengan wajah mendung dan hati yang tertekan. Tidak ada kepentingan khusus, ia hanya ingin merayakan bimbingan pertamanya yang akan berjalan tenang.

Three Words [ChangLix] Where stories live. Discover now