Anteayer

2.4K 315 5
                                    


Hujan deras mengguyur di luar, langit kembali menjatuhkan air matanya membasahi bumi. Bau khas tanah menyeruak masuk ke dalam penciuman pemuda tampan yang sedang fokus dengan berkas-berkas di hadapannya. Sesekali kilatan terlihat di langit sore yang begitu gelap karena awan hitam menutup matahari, namun hal tersebut tak mengganggu pemuda itu sama sekali. Ia masih sibuk berkutat dengan pekerjaan di ruangannya sembari sesekali menghisap rokoknya yang ia letakkan di asbak yang berada di sampingnya. 

Seo Changbin, pemuda tampan yang menjadi pengusaha sukses di usianya yang tergolong masih muda. Saat ini usianya masih awal 30an, namun ia sudah memiliki banyak cabang perusahaan yang bergerak di bidang properti. Kekayaannya tak terbantahkan lagi.

Tok tok

Suara pintu yang diketuk mengalihkan perhatian lelaki itu dari kertas di depannya. Ia melirik sejenak dan kemudian mengambil lintingan kertas berisi tembakau miliknya.

"Masuk."

Changbin memundurkan badannya menyender pada kursi kerja di ruang direktur dengan mulutnya mengapit sebatang rokok. Matanya refleks bergerak ke arah pintu yang sedikit terbuka namun tak kunjung ada orang yang masuk.

"Siapa?" Tanyanya dengan suara tegas dan datar.

Keningnya berkerut tanda bingung ketika ia melihat seorang anak remaja terbalut seragam SMA yang basah melangkah masuk ke ruangannya. Anak itu menunduk, berjalan masuk dengan pelan dan tiba-tiba berlutut di hadapan meja Changbin. Lelaki dewasa itu masih diam, enggan membuka suara.

"Tolong.. Aku."

Suara anak itu bergetar bersamaan dengan tubuhnya yang menggigil. Changbin masih diam tak bergerak dari tempatnya, ia justru kembali menghisap rokok di tangannya.

Brak

"Mohon maaf Pak, saya lalai menjalankan tugas sampai bisa kecolongan."

Itu adalah petugas penjaga ruang cctv yang datang. Ia lari tergopoh-gopoh karena panik ada orang asing yang menerobos gedung kantor dan bahkan sampai masuk ke ruang direktur. Changbin hanya diam tak menjawab dan dengan segera petugas tadi menarik kasar lengan anak SMA disana. Anak itu tak melawan, tubuhnya lemas dan ia merasa kedinginan. Ia hanya ikut saja ketika petugas cctv mulai menyeretnya keluar.

"Biarkan."

Changbin mematikan rokoknya dan berjalan ke arah dua orang yang berhenti berjalan. Kakinya berhenti tepat di depan mereka.

"Biarkan anak ini disini, kau kembalilah ke ruanganmu."

Petugas itu merasa bingung namun dengan segera ia mematuhi perintah atasannya dan keluar dari ruangan direktur meninggalkan dua anak adam beda usia yang hanya diam disana.

Bruk

Anak SMA itu jatuh terduduk, kepalanya terasa pusing dan pandangannya semakin kabur. Setelah itu yang ia lihat hanyalah gelap.








"Eungh."

Felix terbangun dari tidurnya dengan kepala yang terasa sangat pusing seperti dihantam batu. Tangannya memegangi kepalanya yang berdenyut, kemudian pandangannya bergulir menatap ruangan asing yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Ia mencoba mengingat apa yang ia lakukan sebelum tak sadarkan diri dan seketika matanya terbelalak ketika mengingatnya. Ia menatap ke arah badannya, seragam basahnya sudah berganti dengan pakaian kering yang terasa hangat. Ruang kamar yang ditempatinya sekarang pun tak main-main.

Kamar itu luas namun tak banyak barang yang ada disana. Hanya ada lemari, pot-pot berisi kaktus yang diletakkan di dekat jendela kamar dan juga ranjang berukuran king size berada di tengahnya dengan meja nakas kecil di sampingnya. Ia menatap keluar jendela, hari sudah malam.

Three Words [ChangLix] Where stories live. Discover now