WiFi

2.2K 329 31
                                    


"KAK BIN!"

Changbin sedang meregangkan badan di balkon kamarnya ketika sebuah suara membuatnya terkejut. Tetangga samping rumahnya terlihat di balkon sebrang dengan memasang wajah paling bahagia di dunia dan tangannya melambai semangat ke arah Changbin. Agaknya Changbin merasa menyesal kenapa kamarnya bisa berhadapan dengan kamar bocah berisik itu.

Anak itu sangat menyebalkan, Changbin kan ingin menghirup udara Minggu pagi yang segar tapi malah terganggu dengan teriakan bak Tarzan dari tetangganya. Terlebih lagi Changbin belum terbiasa mendengar suara berat bocah yang baru mulai pubertas itu. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa wajah seimut itu memiliki suara yang berat tak terduga.

"JANGAN TERIAK-TERIAK!"

"KAKAK JUGA TERIAK!"

"Terserah."

"KAK!"

"JANGAN TERIAK!"

"Hehehe."

Anak itu meringis dengan wajah polos. Wajahnya memang polos tapi kelakuannya sungguh membuat Changbin harus mengelus dada bersabar setiap harinya. Karena Changbin sedang malas menghadapi bocah itu ia pun memutuskan untuk kembali masuk ke kamarnya. Namun baru selangkah suara bocah tetangga kembali menginterupsinya.

"Kak Bin!"

"Apa lagi?"

"Resleting kakak terbuka."

Changbin yang nyawanya belum terkumpul sepenuhnya merasa panik. Tangannya segera bergerak menutup bagian privatnya. Namun beberapa saat kemudian Changbin tersadar ketika ia mendengar cekikikan dari arah balkon sebrang kamarnya. Changbin baru ingat jika dirinya mengenakan celana pendek rumahan, bukan celana yang ada resletingnya.

"Kak Changbin bodoh."

"LEE FELIX!"

Changbin kesal karena Felix justru tertawa semakin kencang. Segera saja Changbin masuk ke kamarnya dan menutup gorden rapat-rapat agar bocah itu tidak bisa mengintipnya.









"PERMISI BUNDA PANGERAN DATANG."

Felix menyelonong masuk ke rumah tetangganya dan segera berjalan ke arah dapur. Dilihatnya bunda Changbin yang sedang memasak untuk sarapan. Orangtua Felix sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota sehingga bocah itu dititipkan pada keluarga Changbin. Ia masih tetap tidur di rumahnya hanya saja untuk urusan makan anak itu harus mengungsi ke tetangganya. Mama Felix tentu saja tidak akan membiarkan anaknya menyentuh dapur, akan berbahaya bagi dapur kesayangannya.

Kakinya melangkah, berdiri di samping bunda Changbin lalu melongokkan kepalanya ke arah wajan yang digunakan untuk memasak.

"Bunda masak apa?"

"Makanan kesukaan Felix."

"Tapi Felix suka semua makanan."

"Suka aku juga?"

Bunda dan Felix terkejut ketika tiba-tiba Changbin sudah berada disana dengan menyenderkan badannya di kulkas.

"Kakak kan bukan makanan."

"Mau coba memakanku?"

Bunda melotot, sedangkan Felix hanya mengerjap polos karena ia tidak menangkap arti dari ucapan Changbin.

"Tidak mau. Kakak kan sudah tua, pasti dagingnya alot."

"Sembarangan."

Bunda menahan tawa, sedangkan Changbin sweat drop. Niatnya mau menggoda dan membuat Felix marah-marah tapi malah dirinya yang jadi kesal.









Three Words [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang