Love Is A Mystery V

2.1K 319 118
                                    


The Truth.

Sebuah misteri tentang bintang biru yang bersinar paling terang di angkasa. Satu hari di bulan November dimana musim dingin dimulai, bintang itu akan tiba-tiba menghilang, dan muncul seorang pemuda dingin yang memancarkan cahaya kebiruan di pusat kota. Tak ada yang sadar, sampai sepasang mata terus memperhatikannya dan tanpa sadar telah jatuh hati padanya. Bintang biru yang tak bisa dimiliki.






Felix sedang ikut membantu yang lain membereskan tenda, namun pandangannya terlihat tak fokus dan pikirannya penuh akan berbagai hal.

"Biar aku saja," ucap Changbin yang langsung mengambil alih membereskan tenda. Felix agak terkejut namun setelahnya ia hanya memperhatikan Changbin yang sibuk.

Sejak kejadian semalam, Changbin terlihat agak menjauh darinya. Tidak banyak bicara seperti biasanya dan itu justru membuat Felix merasa aneh.

"Jangan melamun, biasanya setan gunung suka menempel," bisik Changbin di samping telinga Felix dan setelahnya ia kembali sibuk membereskan tenda.

"Kau mengagetkanku!"

"Tidak. Kau saja yang daritadi dipanggil tidak menyahuti," jawab Changbin tanpa mengalihkan perhatiannya dari tenda di depannya.

"Ngomong-ngomong, Fel."

Changbin menoleh menatap Felix tepat di matanya dengan serius. Pemuda manis itu sudah harap-harap cemas menunggu Changbin mengucapkan sesuatu, namun yang keluar dari bibir pemuda itu justru membuat Felix harus menahan kesal.

"Kau mirip ulat daun jika memakai jaket hijau itu."

Begitulah Seo Changbin, tidak pernah bisa serius.

Setelahnya kembali terjadi keheningan disana. Felix merasa aneh, apa Changbin sakit? Kenapa pemuda itu tidak secerewet biasanya?  Tanpa sadar kakinya mendekat, lalu menempelkan punggung tangannya pada kening Changbin membuat pemuda itu seketika menghentikan aktivitasnya. Ia terdiam sejenak lalu menyingkirkan tangan Felix dan menatapnya dengan bingung.

"Kenapa?"

"Kau sakit?" Tanya Felix dengan pelan.

"Tidak, ada apa?"

"Tumben diam."

Changbin memperhatikan Felix yang menunduk menatap sepatunya. Ia menghembuskan nafasnya pelan dan mengangkat wajah Felix lalu mencubit pipi pemuda manis itu pelan.

"Rindu aku goda ya?" Tanyanya dengan nada jenaka seperti biasanya. Namun Felix tak bergeming, pun tak menolak sentuhan Changbin.

"Changbin."

Felix memberanikan diri menatap mata Changbin namun pemuda itu seperti menghindari tatapannya dan segera melepas cubitan di pipinya.

"Ayo cepat selesaikan, setelahnya kita turun. Kau pasti lelah."

Bukan ini yang Felix mau.







Perjalanan turun terasa sangat tenang, tak ada keributan dan perdebatan antara Changbin dan Felix seperti saat mereka mendaki kemarin. Entah apa yang mereka pikirkan. Antara lelah atau sedang ingin menikmati udara segar dari pegunungan yang mereka pijak. Cuaca pagi itu sangat bagus. Langit biru yang cerah dan angin yang berhembus pelan membuat sejuk udara pagi itu.

Felix berjalan dengan menatap lurus ke depan. Changbin ada di belakangnya dan entah sedang apa. Padahal kemarin pemuda itu terus menempelinya seperti perangko. Sebenarnya ada apa?

Ia jadi teringat perkataan Changbin semalam ketika Felix sudah memejamkan matanya. Mungkin Changbin pikir ia sudah tidur, nyatanya pemuda manis itu masih sadar dan dapat mendengar suara Changbin yang bergumam lirih.

Three Words [ChangLix] Where stories live. Discover now