Aurora VI: Pink

3.6K 356 199
                                    

Changbin terbangun dari tidurnya dan melirik jam yang berada di meja nakas. Ia terkejut ketika jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, ia tidak pernah bangun sesiang itu. Pemuda itu menguap pelan lalu memandang suami manisnya yang masih terpejam di dalam pelukannya.

Sebenarnya Changbin tidak tega jika harus membangunkan pemuda manis itu karena semalam ia khilaf dan menggempurnya habis-habisan. Tapi jika tidak dibangunkan, maka pemuda manis itu akan melewatkan sarapan. Dengan pelan Changbin mengusap pipi halus suami manisnya dan mengecup bibirnya pelan.

"Sayang bangun," ucapnya dengan lembut.

Ketika tak mendapat reaksi apapun, pemuda itu mengecupi seluruh wajah kesayangannya sampai sang empunya merasa terganggu dan mulai membuka matanya.

"Masih mengantuk."

"Bangun dulu sayang. Sarapan sebentar, mandi, lalu boleh tidur lagi. Ok?"

"Sebentar lagi."

Felix kembali memejamkan matanya dan menyamankan dirinya di dalam dekapan hangat suaminya. Itu membuatnya nyaman.

Tiba-tiba terdengar bunyi telepon dari ponsel Felix. Changbin melongok ke arah meja nakas dan melirik ke arah Felix yang masih nyaman memejamkan mata tanpa merasa terganggu dengan suara ponsel yang sangat keras.

"Sayang ada telepon."

"Eungh biar saja," Felix melenguh karena tidurnya terganggu dan kembali mencoba tidur.

"Sayang.."

"Berisik!"

Bruk

Changbin meringis sakit ketika dirinya terjerembab jatuh dari ranjang karena ditendang dengan keras oleh suami manisnya. Kejam sekali.

Felix? Jangan ditanya. Pemuda itu justru menyamankan diri dan kembali tidur seperti tak terjadi apa-apa.

Changbin mengelus dada dan segera memunguti baju mereka yang berserakan di lantai. Namun kegiatannya terhenti ketika terdengar suara bel apartemen mereka yang berbunyi berkali-kali. Ia segera mengenakan celana bokser seadanya dan berlari ke arah intercom untuk melihat siapa yang datang melalui kamera yang terpasang di depan pintu.

"Ya Tuhan."

Betapa terkejutnya Changbin melihat siapa yang berada di depan pintu apartemen mereka. Dengan segera Changbin masuk ke dalam kamar untuk memakai bajunya dan mencuci muka dengan kilat sebelum membukakam pintu untuk orang yang sudah menunggu di depan.

"SELAMAT PAGI MENANTU MAMA YANG TAMPAN."

Mama Felix berteriak heboh dengan senyum lebarnya ketika melihat menantunya membukakan pintu. Changbin tersenyum kikuk lalu mempersilahkan mama mertuanya untuk masuk ke dalam apartemen.

"Anak bohay mama kemana?"

"Di kamar, ma."

"Loh, masih tidur? Hari libur begini kok suami dianggurkan," ucap mama Felix sembari berjalan ke arah dapur yang kemudian diikuti Changbin di belakangnya.

"Ini mama bawakan lauk untuk kalian, bisa disimpan di dalam kulkas dan jika mau makan tinggal hangatkan saja," ucap wanita itu sembari meletakkan satu tas besar berisi berbagai macam makanan ke meja makan.

Wanita itu mendongak untuk menatap Changbin namun betapa terkejutnya ia melihat penampilan menantunya itu. Rambut berantakan, baju yang juga berantakan dan terakhir wanita itu dapat melihat dengan jelas tanda warna merah keunguan di leher menantunya.

"Duduk dulu ma, biar aku bangunkan Felix."

"Eh tidak perlu, mama sudah mau pulang kok. Kasihan anak mama pasti kelelahan, biar saja tidur dulu."

Three Words [ChangLix] Onde histórias criam vida. Descubra agora