Love Is A Mystery IV

1.5K 306 87
                                    

Felix bersumpah jika ia masih normal dan menyukai wanita. Meski ia tak tau apa itu cinta, tapi ia masih suka menatap selebriti wanita dengan wajah cantik mereka. Jika ia dijodoh-jodohkan dengan seorang pria, tentu saja ia tidak terima.

Sedangkan Changbin, meski ia selalu menggoda wanita di setiap kesempatan, namun ia tak pernah secara gamblang menyebutkan orientasi seksualnya. Menurutnya, cinta ya cinta, masalah wanita atau pria, itu urusan belakangan. Prinsipnya adalah cinta itu buta.

Jika dua keyakinan ini disatukan, lalu siapa yang akan terpukul mundur dan menyerah?






"Dingin?"

Felix yang sedang duduk di depan api unggun menoleh menatap Changbin yang duduk di sampingnya. Ia tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala seadanya.

"Masuk ke tenda sana, sudah aku siapkan kantong tidurnya. Hangat kok."

"Kau bagaimana?"

"Aku sengaja membawanya untukmu."

Changbin bicara sembari tangannya memasang tudung jaket Felix untuk menghangatkan tubuh anak itu. Felix diam saja tidak protes, dia sedang kedinginan, otaknya jadi ikut beku tidak bisa marah-marah.

"Ayo," Changbin menarik jaket Felix pelan agar segera berdiri. Kenapa tidak menarik tangan? Ya karena disana ada beberapa anggota mapala lain, kalau mereka melihatnya dan kembali menggodanya yang ada Felix ngambek lagi nanti.

"Sana masuk, biar aku buatkan jahe hangat dulu."

Felix menurut, segera masuk ke dalam tenda dan tidur di kantong tidur yang sudah disiapkan Changbin untuknya. Sering-sering saja Changbin membawa Felix ikut mendaki, anak itu jadi jinak begitu membuat Changbin gemas sendiri.

"Maaf merepotkan," ucap Felix dengan suara pelan, gengsi. Changbin mendengarnya, ia terdiam menatap Felix lalu senyum muncul di bibirnya.

"Ini tidak gratis. Kau harus membayarnya nanti."

Felix mencebikkan bibirnya. Tetap saja Seo Changbin menyebalkan.

Sedikit cerita tentang bagaimana Felix akhirnya mau ikut mendaki. Tentu saja dengan bujuk rayu Changbin. Bukan. Bukan karena Felix luluh, ia hanya malas mendengar ucapan Changbin yang semakin aneh dan membuat sakit telinganya, makanya ia memutuskan untuk ikut saja.







"Felix bangun."

Changbin mencolek pipi Felix untuk membangunkannya sedangkan yang dibangunkan justru tak bergeming sama sekali, terlalu nyenyak tidur. Namun namanya juga Changbin, ia tak akan menyerah semudah itu. Dengan iseng Changbin mencubit pipi Felix dan mengunyelnya dengan gemas, kesempatan mumpung sang empunya pipi tidak sadar.

"Fel cepat bangun," ucapnya lagi di dekat telinga Felix karena pemuda manis itu tak kunjung bangun.

"Eungh.. 5 menit lagi."

Changbin diam, ia duduk di samping Felix sembari memperhatikan wajah pemuda manis itu yang masih terpejam. Kepalanya mendekat ke arah Felix. Semakin dekat dan ia mulai memejamkan matanya sampai akhirnya...










"MAU APA KAU HAH?!"

Felix bangun dari tidurnya dan memandang galak ke arah Changbin yang kini sedang mengusap keningnya yang sakit karena ditabrak kepala Felix yang sangat keras.

"Sakit, Fel."

"Salahmu! Makanya jangan mesum!"

"Aku cuma mau mengambil debu yang menempel di wajahmu kok."

"Alasan! Mana ada mengambil debu dengan mata terpejam."

Felix melotot galak, sedangkan Changbin malah meringis tanpa dosa membuat Felix semakin kesal. Awalnya Felix menolak satu tenda dengan Changbin karena pemuda tengil itu sangat berisik, tapi jika dengan yang lain juga Felix canggung karena belum kenal. Jadilah dengan terpaksa ia tidur di tenda yang sama dengan Changbin, eh malah pemuda itu sembarangan hampir menciumnya. Bahaya sekali.

Three Words [ChangLix] Место, где живут истории. Откройте их для себя