Aurora II: Orange

2.9K 372 54
                                    

Kata orang, cinta itu akan tumbuh perlahan jika terbiasa bersama. Entah prosesnya akan lancar tanpa hambatan atau perlu melewati jalanan terjal.







"Felix bangun."

Changbin menepuk pelan lengan Felix untuk membangunkannya. Sudah 15 menit sejak ia mencoba membangunkan pemuda manis itu namun tak terlihat tanda-tanda Felix akan bangun.

"Felix ayo cepat bangun dan bersiap," ucapnya lagi dan kali ini menyingkap selimut yang digunakan pemuda manis itu untuk menghangatkan dirinya. Cara itu berhasil, Felix mulai menggeliat karena merasa dingin dan perlahan membuka matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah Changbin yang sudah berpakaian rapi sedang berjongkok di samping ranjang, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Felix. Aroma menthol bercampur citrus menguar dari tubuh atletis suaminya itu.

"Sudah terkumpul kesadarannya? Ayo cepat bangun lalu mandi, kita harus segera berangkat."

Felix melirik jam yang berada di meja nakas lalu ia berucap protes dan kembali menarik selimutnya.

"Ini masih jam 4, tidur lagi ya?"

"Tidak boleh."

Changbin berdiri lalu menarik kedua tangan Felix agar segera bangun dari ranjang mereka. Ah iya, sedikit informasi, Changbin dan Felix tidur di kamar dan ranjang yang sama selayaknya pasangan yang sudah menikah. Lagi-lagi itu bukan atas kemauan mereka, tapi orangtua dua pemuda itu yang memberikan hadiah apartemen yang hanya memiliki satu kamar padahal apartemen itu cukup besar. Katanya agar lebih leluasa dan nyaman untuk melakukan 'sesuatu'. Untuk apa coba?

"Cepat mandi dan kita berangkat."

"Sarapannya bagaimana?" Tanya Felix pelan dengan mata setengah terpejam.

"Nanti beli saja, aku tidak mungkin membuatmu memasak pagi-pagi buta."

Felix mengangguk dan segera bangun dari ranjang untuk menuju kamar mandi. Changbin hanya geleng-geleng melihatnya dan ia merapikan tempat tidur mereka.

Bruk

"Aduh."

Changbin menoleh ke belakang dan mendapati Felix yang jatuh terduduk setelah menabrak lemari dengan cukup keras. Kakinya segera mendekat dan membantu Felix berdiri lalu membawanya masuk ke kamar mandi dengan selamat.

"Jangan kelamaan mandinya," ucapnya sebelum keluar dari kamar mandi.







Changbin berjalan kembali ke mobilnya dengan tangannya yang membawa kantong kertas berisi sarapan untuknya dan Felix. Saat ia masuk, hal pertama yang ia lihat adalah Felix yang sedang cemberut dengan wajah yang setengah mengantuk. Sungguh itu sangat lucu dan membuatnya refleks terkekeh pelan, namun ia segera diam ketika Felix meliriknya galak.

"Makan dulu," ucapnya sembari menyerahkan kantong kertas berisi sandwich yang baru ia beli. Ketika Felix tak kunjung menerimanya pemuda itu segera melanjutkan ucapannya, "sehat, Fel. Aku beli yang banyak sayurnya."

Dengan terpaksa Felix mengambil sandwich yang diberikan Changbin dan mulai memakannya pelan. Changbin baru melihat sisi Felix yang begini, sangat menggemaskan. Setelah memastikan Felix makan, ia segera melajukan mobilnya melanjutkan perjalanan.

"Mau kemana sih?"

"Ke hatimu," ujar Changbin dengan nada bercanda. Felix menoleh ke arah Changbin dengan wajah keheranan. Sejak kapan  pemuda itu jadi suka bercanda begini?

"Kenapa melihatku sampai begitu?"

Changbin menoleh sekilas ke arah Felix yang terus menatapnya. Pemuda manis itu mengedikkan bahunya dan menjawab pertanyaan Changbin.

Three Words [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang