Aurora III: Yellow

2.5K 382 82
                                    

Siap menghadapi badai? Siapin tisu dulu.




Felix sedang bersama tiga sahabatnya di sebuah cafe dekat kampus Felix. Katanya ingin quality time karena sudah jarang berkumpul akibat dari kesibukan masing-masing. Maklum, keempat pemuda itu beda kampus. Apalagi salah satunya sudah menyandang status milik orang lain, tentu tidak bisa sebebas biasanya.

"Suamimu tidak menjemputmu?" Tanya salah satu sahabat Felix yang berpipi chubby mirip tupai. Felix yang sedang memperhatikan jalanan luar dari kaca besar cafe mengalihkan perhatiannya pada sahabatnya.

"Dia punya kesibukan sendiri. Tidak selalu ketika aku pergi harus dijemput olehnya kan?"

"Fel, aku penasaran dengan satu hal," kali ini sahabatnya yang memiliki tubuh paling tinggi diantara mereka membuka suara.

"Apa?"

"Kau kan sudah menikah, rasanya melakukan 'itu' bagaimana?" Tanyanya sembari jarinya membentuk tanda kutip. Felix yang sedang menyeruput minumannya seketika terkejut dan menyemburkan minuman itu.

"JOROK!"

Oh kasihan sekali sahabat Felix yang satu itu jadi korban semburan.

"Aduh Seungmin maaf, ini semua salah Hyunjin," ucap Felix sembari membantu membersihkan wajah sahabatnya menggunakan tisu.

"Kok aku?"

"Ya salahmu! Untuk apa menanyakan soal itu."

"Tapi aku juga penasaran, Fel."

"Jisung!"

Duh. Felix tidak menyangka mereka akan menanyakan soal itu. Ayolah, ia dan suaminya hanya biasa bergandengan tangan dan mentok juga saat Changbin mencium pipinya, itu pun hanya sekali. Kalau ia ditanya soal berhubungan badan mana paham.

"Tanyakan sekali lagi ku sumpal mulut kalian dengan gelas ini," ucap Felix sembari mengangkat gelas milkshakenya.

"Memang mulut mereka licin sekali tidak ada remnya," ucap Seungmin sembari masih mengusap wajahnya.

"Ya maaf."

Hyunjin meminta maaf, tapi wajahnya tak menunjukkan itu. Sedangkan Jisung....

"Katanya sakit ya, Fel?"

"DIAAMMM!"






Felix memasuki apartemennya ketika jam menunjukkan pukul 8 malam. Lampu masih mati, itu berarti Changbin belum pulang. Katanya sih mau membahas project penting bersama dosen, entahlah Felix tidak paham.

Pemuda manis itu segera menyalakan lampu dan berjalan ke arah dapur untuk mengambil air dingin di kulkas.

"Kok sudah pulang?"

"Uhuk.. uhuk.."

Felix tersedak minumannya ketika tiba-tiba terdengar suara dari belakang punggungnya. Rasanya ia seperti hampir mati karena tersedak. Sangat sakit. Ia berbalik dan mendapati Changbin yang berdiri diam disana dengan tatapan biasa seperti tak merasa bersalah sudah membuat orang terkejut sampai tersedak.

"Jangan mengagetkan bisa tidak, sih? Lagipula sejak kapan kau di rumah?"

Felix sewot. Changbin nyengir. Menyebalkan sekali.

"Aku dari tadi duduk di sofa ruang tengah kok."

"Kenapa lampunya tidak dinyalakan?"

"Meditasi."

Ya Tuhan, jika Changbin bukan suaminya mungkin botol air mineral di tangannya sudah melayang ke kepala pemuda itu. Semakin lama Felix tinggal dengan Changbin dan semakin mereka dekat, rasanya sifat absurd Changbin semakin jelas terlihat. Terkadang itu membuat Felix kesal, bingung, tapi lucu juga. Sifat aslinya benar-benar di luar dugaan Felix.

Three Words [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang