Sunflower

3K 322 7
                                    


Seorang pemuda manis bersurai pirang duduk di pojok sebuah cafe yang dekat dengan perguruan tinggi ternama di kota itu. Ia memilih menghindari keramaian yang ada disana untuk mendapatkan ketenangan. Di depannya ada laptop yang menyala dan secangkir kopi yang masih tersisa setengahnya. Pemuda itu dengan serius menatap laptopnya sembari mengetikkan sesuatu disana.

Ia adalah Lee Felix, mahasiswa tingkat akhir jurusan sastra inggris. Saat ini ia tengah disibukkan dengan skripsi yang terasa tak ada akhirnya. Karena merasa buntu iapun menghembuskan nafasnya dan duduk menyandar pada sandaran kursi.

"Bisa gila aku lama-lama."

Ia bergumam pelan, kemudian pandangannya mengedar ke seluruh penjuru cafe, menatap orang-orang yang sedang bercengkrama maupun yang sibuk dengan laptop mereka. Saat ini lagu berjudul Sunflower milik Rex Orange County terdengar di dalam cafe, turut meramaikan suasana malam itu.

Mata Felix berhenti ketika matanya menangkap sesosok pemuda tengah duduk sendirian di sudut lain cafe. Pemuda itu terlihat sibuk dengan laptop, kertas, juga pulpen di tangannya, dan di telinganya terpasang headphone berwarna hitam. Ketika matanya masih mengamati, tiba-tiba pemuda disana menolehkan kepalanya dan pandangan mereka bertemu. Felix gelagapan dan merasa malu karena terpergok memandangi orang lain. Dengan canggung ia menganggukkan kepalanya sopan yang juga dibalas pemuda itu lalu dengan segera Felix kembali memandang laptopnya dengan wajah yang memerah. Ia malu.

Beberapa saat Felix hanya memandang kosong ke arah laptopnya karena ia tidak tau mau menulis apa. Namun jika ia mengangkat kepalanya ia tidak mau berpandangan dengan pemuda tadi lagi karena ia sudah sangat malu.

"Boleh aku bergabung?"

Felix terlonjak kaget di kursinya. Kepalanya mendongak dan mengerjap beberapa kali ketika ia melihat sesosok pemuda yang tadi tidak sengaja ia perhatikan kini berada di hadapannya. Karena tidak tau harus menjawab apa Felix hanya menganggukkan kepalanya dan pemuda tadi segera duduk di hadapan Felix.

"Apa aku mengganggumu?"

Pemuda itu bertanya pelan ketika melihat Felix hanya diam saja.

"Ah tidak, tidak apa-apa."

"Seo Changbin."

Pemuda yang ada di depan Felix mengulurkan tangan ke arah Felix dan dengan cepat pemuda manis itu membalas uluran tanganny.

"Lee Felix."

Changbin mengangguk lalu matanya melirik ke arah tumpukan buku dan kertas yang berada di samping Felix.

"Apa yang sedang kau kerjakan?"

"Oh ini, tugas akhir."

"Kau mahasiswa disini?"

"Iya. Jurusan sastra inggris. Ngomong-ngomong, apa kau sedang menulis lagu?"

Felix memberanikan diri bertanya ketika ia melihat coretan not balok di sebuah kertas yang dibawa Changbin. Pemuda itu hanya mengangguk.

"Apa tidak merasa terganggu membuat lagu di tempat ramai begini?"

"Tidak juga, aku sedang membangun mood yang baik disini."

Felix mengangguk, tidak ingin berkomentar lebih banyak karena ia tidak paham soal menulis lagu. Kini keduanya diam, mulai menyibukkan diri dengan kegiatan masing-masing. Lagi-lagi Felix merasa buntu dan dengan kesal mengacak rambutnya membuat Changbin di depannya menghentikan aktivitasnya dan menatap dalam diam ke arah Felix.

"Pusing?"

Changbin membuka suara dan Felix mengangguk dengan wajah frustasi. Rasanya ingin menyerah saja.

"Ya sudah istirahat dulu, kalau dipaksakan nanti rambutmu rontok."

"Mana ada."

"Aku serius."

Felix hanya diam, lalu menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Rasanya ia ingin menangis karena lelah dengan skripsi.

"Hei bocah."

Felix mengangkat kepalanya ketika mendengar panggilan dan juga merasakan tusukan di lengannya. Matanya menatap bingung sosok Changbin si pelaku.

"Kenapa?"

"Mau coba dengar laguku?"

Felix langsung mengangguk semangat. Ia memang butuh hiburan agar bisa sedikit mengurangi beban pikirannya.

"Sini."

Pemuda manis itu menurut dan bangun untuk berpindah duduk di samping Changbin yang langsung menyerahkan headphonenya pada Felix.

"Ini adalah laguku yang pertama kali aku buat, jadi kalau jelek ya mohon maklum."

"Jangan merendah."

Changbin segera memutar lagu dari laptopnya dan Felix mendengarkannya dengan seksama. Sesekali kakinya akan bergerak mengikuti irama lagu yang sedang ia dengarkan. Tapi semakin lama didengar rasanya Felix semakin tidak asing dengan lagunya.

"Kau pernah merilis lagu ini?"

"Aku hanya mengunggahnya di media sosial."

Felix mengangguk paham, mungkin ia pernah mendengarnya di media sosial makanya ia merasa tidak asing. Setelah lagunya selesai ia segera melepas headphonenya dan mengembalikannya pada Changbin.

"Bagaimana?"

"Aku suka musiknya. Aku juga tidak menyangka suaramu sebagus itu."

Changbin terkekeh pelan melihat Felix yang berucap semangat dan memuji dengan tulus.

"Terima kasih sudah memujiku."

"Apakah yang sedang kau tulis itu lagu baru?"

Felix bertanya karena penasaran dan Changbin akan dengan ramah menjawabnya.

"Iya, aku ingin memperdengarkannya juga padamu tapi saat ini masih berantakan."

"Tidak apa-apa, mendengar lagu lama milikmu pun sudah menyenangkan."

"Apa kau sedang menggodaku?"

Felix menatap bingung ke arah Changbin karena ia tidak paham dengan ucapan pemuda itu. Sedangkan Changbin terkekeh pelan.

"Maksudnya?"

"Tidak, aku hanya sedang bercanda."

"Hm baiklah."

Changbin diam, menatap Felix sebentar lalu mengucapkan sesuatu yang membuat pemuda manis di sampingnya berkedip bingung.

"Kalau kau mau mendengar lagu baruku, datanglah ke studioku bulan depan."

"Eh?"










Seo Changbin dan Lee Felix.
Pertemuan pertama yang berkesan.












Tantangan untuk readers!
Jadilah cenayang dan tebak kelanjutan kisah mereka berdua di cerita kali ini.
See you tomorrow~

Three Words [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang