What Is Love III: Love Is You

2.1K 310 19
                                    


Changbin dan Felix duduk berhadapan di salah satu restoran dekat perusahaan Changbin. Felix daritadi hanya menunduk dan mengaduk-aduk makanannya membuat Changbin heran melihatnya.

"Kenapa tidak dimakan?"

"Eh? Oh iya Kak."

Felix segera menyuapkan makanannya masih dengan menunduk. Sebenarnya ia sangat malu, sudah ketahuan menguping pembicaraan, masih sok mengaku jadi kekasih Changbin pula. Ditambah lagi dengan ucapan Changbin yang mengatakan akan segera menjadikannya kekasih. Memikirkannya saja sudah membuat Felix pusing.

"Apa makanannya tidak enak? Biasanya makanmu banyak."

"Malu lah di depan gebetan," gumam Felix pelan yang tidak Changbin dengar dengan jelas.

"Apa, Fel?"

"Hah? Apa, Kak?"

"Barusan kau bicara apa?"

"Tidak kok aku tidak bicara apa-apa."

Felix gelagapan sendiri lalu ia menepuk bibirnya pelan karena merasa bodoh sudah keceplosan. Untung saja Changbin tidak dengar. Pokoknya Felix harus jaga image di depan calon pacarnya. Eh? Calon pacar? Tanpa sadar Felix terkikik sendiri membuat Changbin menatap bingung ke arahnya.

Kikikan Felix terhenti. Ia bengong dan merasa sedang bermimpi ketika tiba-tiba ada tangan besar yang bersarang di keningnya. Hanya sentuhan kecil tapi rasanya ada sesuatu yang meletup di dalam hatinya. Felix.. Sangat senang.

"Kau tidak sakit kan, Fel? Daritadi aneh begitu."

Oh tidak. Apa yang sudah ia lakukan sampai membuat Changbin berkata begitu. Felix berdehem pelan dan kembali menikmati makanannya dengan lahap seperti biasa. Changbin yang melihatnya jadi lega, setidaknya nafsu makan Felix sudah kembali meskipun sikap anak itu jadi agak aneh.







Setelah makan siang bersama, Changbin menyempatkan diri untuk mengobrol sebentar dengan Felix di taman kota yang dekat dengan restoran tempat mereka makan. Siang itu matahari tak begitu terik dan angin bertiup pelan membuat udara menjadi sejuk.

"Tadi sudah menunggu lama?" Tanya Changbin membuka percakapan. Felix menoleh lalu mengedikkan bahunya.

"Sangat lama sampai rasanya aku hampir jadi patung selamat datang."

Changbin terkekeh pelan, ia selalu suka dengan celetukan asal Felix. Apapun yang diucapkan terasa lucu bagi Changbin. Dasar bucin.

"Maaf ya, tadi aku lupa membawa ponsel karena temanku bilang hanya mau bicara sebentar."

"Ah tidak apa-apa, yang penting aku tetap ditraktir makan siang."

Lagi-lagi Changbin tertawa geli mendengar ucapan anak SMA di sampingnya. Felix itu antik. Katanya mau jaga image di depan gebetan, tapi selalu saja berceluk aneh tanpa disaring terlebih dulu.

"Dia teman lamaku. Dulu kami berdua dan juga Chan cukup akrab. Sebenarnya aku tau dia menyimpan perasaan padaku, tapi aku hanya menganggapnya teman."

Felix hanya manggut-manggut. Setelahnya ia kembali mengucapkan sesuatu secara asal. Tapi kali ini bukannya tertawa Changbin justru harus mengelus dada agar tetap sabar.

"Aku tidak bertanya sih, Kak."

Begitulah Felix, kadang akan sangat manis dan membuat moodnya naik, tapi kadang akan sangat menyebalkan dan menguji kesabaran. Seperti saat mereka pertama bertemu.

Ngomong-ngomong soal pertemuan pertama dua laki-laki beda usia itu, sebenarnya Changbin tidak tau menau. Chan tiba-tiba saja menghubunginya dan memintanya untuk menjemput Felix. Changbin sih iya iya saja karena kebetulan ia ada waktu dan juga ia cukup kenal dengan adik Chan. Tapi siapa sangka jika Felix yang sekarang terlihat sangat manis dan menyenangkan membuat Changbin jadi tertarik. Beberapa kali bertemu dan mengobrol pun semakin membuat Changbin memantapkan diri mendekati Felix.

Three Words [ChangLix] Where stories live. Discover now