L'amour

2.5K 320 10
                                    

Dug

"Akh."

Felix terhuyung ke belakang merasakan kepalanya yang berdenyut sakit karena baru saja terkena hantaman bola basket. Gila, rasanya ia hampir pingsan. Lemparan bola tadi benar-benar kencang.

"Jangan melamun dan lakukan pemanasan dengan benar."

Suara tegas dari guru olahraga yang sedang memimpin pemanasan di depan membuat Felix harus mengesampingkan rasa pusingnya dan kembali fokus pada pelajaran olahraga kali ini. Tapi seberapapun ia mencoba rasa pusing itu tak kunjung hilang membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh duduk di lantai lapangan indoor sekolah.

Teman-teman Felix terkejut, segara membantu anak itu berdiri dan menuntunnya untuk duduk di pinggir lapangan.

"Jika kalian melamun saat pelajaran saya maka akan berakhir seperti anak itu. Jadi fokuslah dan jangan lemah."

Ucapan guru olahraganya barusan membuat Felix berdecih kecil. Sangat menyebalkan. Guru baru tapi sudah sok sekali.

"Ya setelah ini bentuk dua tim dan kalian bertanding. Seluruh siswa harus ikut, bisa bermain secara bergiliran."

"Baik pak."

Seluruh siswa membubarkan diri, membuat dua kelompok dan mulai mempersiapkan diri. Sedangkan guru olahraga itu melirik sekilas satu muridnya yang masih terduduk di pinggir lapangan sembari memegangi kepala. Kemudian guru itu berjalan mendekati salah satu murid yang sedang berdiri di pinggir lapangan menonton teman yang lain bermain basket.

"Hei kau, tolong bawa temanmu itu ke uks dan segera kembali ke sini. Biar petugas uks yang merawatnya."

"Baik pak."


Felix masuk ke dalam uks bersama temannya. Rasanya kepalanya benar-benar pusing membuatnya jadi sedikit mual dan akhirnya berjalanpun harus dibantu. Ia segera membaringkan diri di ranjang dan temannya dengan sigap menyelimuti tubuh Felix.

"Disini dulu ya, maaf aku tidak bisa menemani karena harus segera kembali ke lapangan. Ah iya, katanya petugas uks sedang pergi sebentar jadi tunggu saja."

Felix mengangguk dan tersenyum ke arah temannya.

"Terima kasih."

Temannya segera pergi dari sana. Keadaan jadi sangat hening dan Felix mulai memejamkan matanya untuk sedikit menghilangkan rasa pusing.

Pemuda manis itu masih terpejam ketika ia merasakan usapan di kepalanya. Ia pikir itu adalah petugas uks namun ia segera membuka matanya ketika sebuah tangan yang agak kasar mengusap lembut pipinya.

"Masih sakit?"

Felix terdiam memandang orang yang masih mengusap pipinya dengan sayang. Tangan mungil Felix bergerak, menepis pelan tangan orang itu dan melengos enggan menatap lebih lama.

"Tidak usah sok peduli."

"Aku minta maaf."

Felix berdecak dan segera membalikkan badannya memunggungi orang yang mengganggunya.

"Felix."

"Diamlah aku pusing."

"Aku pijat ya."

Pemuda yang lebih besar mendekat, kembali mengulurkan tangannya ke arah kepala Felix yang memunggunginya. Namun tangan Felix kembali menepisnya, kali ini cukup kasar.

"Seo Changbin yang terhormat, tidak bisakah pergi dan jangan mengangguku lagi?"

Felix bangkit duduk, agak terhuyung karena pusing di kepalanya yang semakin menjadi. Sedangkan pemuda bernama Seo Changbin hanya bisa menatap khawatir.

Three Words [ChangLix] Where stories live. Discover now