Affair III

2.2K 314 28
                                    

"Ayo kita putus."

Changbin terdiam. Tangannya yang daritadi sibuk mengutak atik kameranya seketika berhenti dan ia menatap bingung ke arah pemuda manis di sampingnya. Saat ini mereka berada di sungai Han, seharian tadi mereka berjalan-jalan ke taman hiburan karena Felix ingin pergi ke sana dan malamnya mereka menghabiskan waktu di pinggiran sungai Han yang sedang sepi.

"Aku tidak salah dengar kan?"

"Tidak. Aku serius kak."

Felix menatap lurus ke dalam mata Changbin. Mengungkapkan kesungguhannya dari tatapan mata. Changbin terlihat terganggu dengan ucapan Felix, wajahnya menjadi datar dan rahangnya mengeras.

"Fel, kita sudah membahas ini beribu kali."

"Dan kali ini aku bersungguh-sungguh."

"Kau gila?"

"Ku rasa begitu."

Changbin meletakkan kameranya asal dan ia mengusap wajahnya kasar.

"Kali ini apa alasannya? Karena kakakmu lagi?"

"Tidak. Hanya ingin. Aku rasa aku sudah tidak mencintai kakak."

Yang lebih tua menatap tidak percaya. Felix pasti bercanda. Bahkan seharian tadi mereka selalu bersama dan masih saling berbagi tawa, lalu sekarang pemuda manis itu mengatakan sudah tidak mencintainya? Itu pasti bohong.

"Beberapa hari ini aku merasa perasaanku semakin hilang. Rasanya seperti menjalani hubungan yang hambar, dan aku baru menyadarinya jika aku sudah tidak mencintai kakak."

"Felix.."

Changbin merasakan sakit hati yang teramat dalam. Ia sangat mencintai pemuda di depannya. Sangat. Bahkan jika harus mempertaruhkan nyawa pun akan ia lakukan. Tapi kenapa Felix begini? Apa kasih sayang yang ia berikan kurang?

Changbin menatap putus asa ke arah Felix yang masih menatapnya tajam dengan penuh kesungguhan. Tangannya bergerak, ingin menggenggam tangan kesayangannya namun dengan cepat Felix menepisnya.

"Aku juga baru paham, mungkin aku salah mengartikan perasaan. Aku rasa perasaan cintaku itu hanyalah perasaan kagum dan senang karena ada orang yang melindungiku. Aku sangat gila karena sudah menjalani hubungan seperti ini dengan suami kakakku sendiri."

"Katakan ini semua bohong."

Changbin mengepalkan tangannya. Berusaha menahan segala perasaan yang berkecamuk di hatinya. Marah, sedih, kecewa, patah hati, semua itu ia rasakan saat ini.

"Aku serius kak. Ini sudah waktunya aku benar-benar mengakhiri hubungan ini. Aku mohon dengan sangat, ayo kita berpisah."

Changbin ingin mengamuk. Ia ingin memukul apapun untuk meluapkan amarahnya. Matanya menatap ke arah mata Felix yang terlihat kosong dan tak berperasaan. Seberapa besarpun Changbin marah, ia tidak akan bisa menyakiti pemuda di depannya. Tidak sedikitpun bahkan ketika pemuda itu sudah menyakitinya. Changbin terlalu mencintainya.

"Sayang, ku mohon jangan begini."

"Maaf, tapi keputusanku sudah bulat."

Felix bangun dan berdiri di hadapan Changbin yang masih menatapnya dengan penuh luka. Ia membungkuk dalam beberapa saat.

"Terima kasih sudah sangat baik padaku."

Dan setelahnya pemuda manis itu pergi meninggalkan Changbin yang masih diam di tempatnya. Changbin sangat berharap ini hanyalah mimpi buruk, ia tidak ingin kehilangan satu-satunya orang yang berharga untuknya. Air mata mulai menetes dari mata kelamnya. Rasanya... Sangat sakit.

Three Words [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang