Change II

2.5K 339 43
                                    

Yang terpenting dalam sebuah hubungan itu komunikasi. Ketika hal tersebut tidak terjalin dengan baik, lalu apa yang menjadi pondasi hubunganmu?






Sudah sebulan sejak hubungannya kandas, namun kelihatannya Changbin justru semakin larut dalam kesedihannya. Hidup enggan mati tak mau. Setiap harinya hanya ia habiskan dengan memandangi cincin di jarinya. Ia ingin kekasihnya kembali lagi. Hanya itu. Apa sulit? Bahkan alasan Felix memutuskannya saja ia tidak tau.

"Changbin."

Pemuda itu menolehkan kepalanya dengan sedikit malas dan mendapati seorang wanita cantik sedang memandangnya dengan ragu. Ia tidak kenal wanita itu.

"Ada apa?"

"Ada yang ingin aku bicarakan."





Changbin berlari bak dikejar singa tanpa mempedulikan orang-orang yang tanpa sengaja ia tabrak. Peluh terlihat di wajahnya namun tak dipungkiri semangat hidupnya seperti sedikit bertambah setelah berbicara dengan wanita tadi.

Brak

"Felix!"

Changbin berdiri di ambang pintu kelas sambil mengatur nafasnya. Sedangkan orang-orang di dalam kelas menatap terkejut ke arah Changbin, termasuk dosen yang sedang mengajar. Seo Changbin benar-benar nekat.







"Apa sih yang ada di pikiran kakak?"

Felix duduk di pinggir lapangan indoor, menatap Changbin yang kini sedang bolak balik seperti setrika dengan membawa alat pel. Itu semua karena ulahnya yang mengganggu perkuliahan sehingga dengan kejamnya dosen di kelas Felix menghukumnya begitu.

"Aku hanya terlalu bersemangat untuk menemuimu tadi."

Felix berdecih dan memilih kembali memperhatikan ponselnya.

"Fel."

"Hm."

"Kenapa mau menemaniku disini?"

Felix mendongak, menatap Changbin dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kalau tidak nyaman ya sudah aku pergi saja."

Pemuda manis itu bangkit berdiri dan segera berjalan pergi meninggalkan lapangan, namun tangan Changbin terlebih dulu menahannya. Jantung Felix berdetak cepat, tangannya terasa hangat. Namun ia segera menggeleng, menolak mengingat lagi perasaannya. Ia menoleh, menatap tangan Changbin yang menggenggamnya. Ia tersenyum kecut melihat cincin di jari Changbin.

"Secepat itu ya."

"Apa Fel?"

Changbin bertanya karena tidak mendengar dengan jelas ucapan lirih Felix.

"Tidak. Aku mau pulang."

"Tunggu sebentar lagi, setelah selesai kakak antar pulang."

"Tidak usah repot-repot kak, aku bisa pulang naik bus."

Felix melepas genggaman tangan Changbin, tangannya kembali merasa kosong namun ia tak mempedulikannya.

"Jangan. Kakak antar ya?"

Changbin agaknya terlihat memaksa. Ia memang tidak suka jika Felix pergi kemana-mana sendiri, ia khawatir.

"Jangan memaksaku."

"Fel-"

"Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa kak. Jangan mengaturku."

Pemuda manis itu segera meninggalkan lapangan. Perasaannya kembali sakit. Seberapa besarpun ia berusaha melupakan rasa cintanya untuk seniornya itu namun perasaan itu tetap ada. Kakinya melangkah, meninggalkan Changbin yang hanya bisa diam disana.

Three Words [ChangLix] Where stories live. Discover now