Naughty Cutie Boy II

2K 376 44
                                    


Felix itu bukanlah anak yang berandal dan pembangkang. Ia hanya menyukai mencoba hal-hal baru yang out of the box. Jika ditanya apa alasannya melakukan kenakalan, maka jawabannya hanya satu— iseng.

"Pak, baksonya tambah lagi, ya!" Teriak Felix dari tempatnya. Hyunjin ingin memarahi, tapi tidak jadi karena malas jika nantinya harus mendengar celotehan tidak jelas dari sepupu manisnya.

"Kau berhutang cerita," ucapnya setelah Felix kembali memusatkan perhatian pada mangkok bakso di depannya.

"Aku tidak pandai story telling," jawab anak itu asal dengan sebelah pipinya yang menyimpan sebiji bakso utuh.

"Kali ini apa alasannya?"

"Iseng."

"Fel," Hyunjin ingin mengingatkan sepupunya, tapi lebih dulu dipotong oleh bocah manis itu.

"Nanti antar aku ke rumah Jisung ya, mau main adu ketangkasan."

"Adu ketangkasan apa?"

"Monopoli."

Hyunjin memandang dalam diam sepupunya. Ia bukannya tak tau apa yang dirasakan Felix, mereka itu tumbuh besar bersama. Ketika Hyunjin suka mengenyot jarinya, maka Felix melakukan hal yang sama. Pokoknya mereka sudah seperti anak kembar yang tak terpisahkan sejak mereka masih bayi. Tapi semakin besar, Hyunjin makin tak paham dengan jalan pikiran anak itu. Atau karena dirinya yang menolak menerima kenyataan bahwa sepupunya tak baik-baik saja.







Bruk

Changbin terkejut ketika mendengar suara sesuatu yang terjatuh dan terdengar suara ringisan setelahnya. Polisi tampan itu mendongak ingin tau apa yang terjadi, dan setelahnya ia terbelalak melihat siapa yang datang.

"Mengakulah!" Polisi di depan sana membentak cukup keras membuat wajah manis seseorang yang terjatuh tadi mengeras dan ia mendesis pelan. Changbin masih diam mengamati.

"Sudah ku bilang aku hanya membela diri!"

"Jika kau mengakui kesalahanmu maka semuanya akan berjalan lebih mudah."

"Salah," orang yang masih terduduk di lantai mendongak dengan tatapan tajam, "jika aku mengakui kesalahan yang tidak aku perbuat, maka pelaku yang sebenarnya akan selamat. Begitu maksudnya, kan?"

"Apa perlu aku menggunakan kekerasan untuk membuat berandal sepertimu mengaku?"

Pemuda itu tersenyum miring, "lakukanlah, bunuh aku jika perlu."

Tangan polisi disana terangkat, ia bersiap mendaratkan pukulannya jika saja tangannya tak ditahan seseorang. Itu Changbin.

"Biar aku yang mengurus anak ini."

"Sungguh? Pak Seo tak akan bisa bersabar jika menghadapinya," ucap rekannya.

"Serahkan saja padaku."

Polisi tadi mengangguk dan segera pergi dari ruangan itu meninggalkan Changbin dan juga sosok lain yang dilabeli 'penjahat' disana. Pemuda yang masih rerduduk tadi membuka matanya ketika ia tak kunjung merasakan pukulan. Pandangan bencinya pun segera berubah dengan mata berbinar yang sangat manis ketika melihat siapa yang kini ada di depannya.

"Pak polisi pelit lagi!"







"Kali ini apa?"

Changbin memandang lekat wajah manis yang beberapa hari lalu mengganggunya, kali ini wajah itu dihiasi luka dan lebam berwarna keunguan yang sangat kontras dengan kulit putihnya.

"Iseng?" Jawabnya dengan lucu.

"Jujurlah, jika kau tidak jujur maka orang yang ingin menjebloskanmu ke penjara akan terpenuhi keinginannya."

Three Words [ChangLix] Where stories live. Discover now