Stressful IV

2K 356 111
                                    

Felix tidak suka dikendalikan. Ia berjiwa bebas dan tidak suka dijadikan mainan. Meski biasanya ia mengandalkan emosi, kali ini biarkan otaknya yang bekerja ekstra. Baru saja Felix memenangkan taruhan, masa iya ia harus mengikuti dosen menyebalkannya lagi. Iya sih tadinya ia mau membantu, tapi jadi kekasih? Yang benar saja.

"Kekasih? Kok tidak bilang pada mama?"

"Itu karena kekasihku malu dan belum siap. Tapi karena kalian tiba-tiba menjodohkanku, maka aku akan memperkenalkan orang yang paling aku cintai pada papa dan mama."

Felix hanya diam. Oh, jadi ia diminta jadi kekasih palsu dosennya untuk menyelamatkannya dari perjodohan? Seru juga.

"Kau benar kekasihnya?" Tanya ayah Changbin pada Felix.

"Tentu saja. Iya kan, sayang?"

Changbin meremat pelan bahu Felix agar mengiyakan pertanyaan dari papanya. Felix peka, pemuda manis itu tersenyum manis kemudian mengangguk tipis pada papa Changbin.

"Iya, saya kekasih Kak Changbin," jawab Felix dengan sesopan mungkin.

Changbin tersenyum senang, setelah ini ia akan terbebas dari perjodohan yang orangtuanya lakukan. Sungguh, Changbin itu sudah dewasa. Jika sudah menemukan orang yang cocok juga pasti ia akan memperkenalkannya ke orangtuanya. Tidak perlu lah perjodohan semacam itu. Sekarang kan sudah bukan zaman Siti Nurbaya.

"Benarkah? Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?"

"Baru setahun belakangan, Ma."

Felix menahan tawanya. Lelucon macam apa ini. Ia kira kekasih palsu semacam ini hanya ada di drama, tapi sekarang justru ia sendiri yang mengalaminya. Bersama dosen pembimbingnya pula.

"Siapa namamu?"

Felix terkejut ketika mama Changbin bertanya padanya. Ia memasang ekspresi termanis kemudian menjawab pertanyaan mama Changbin dengan sopan.

"Saya Lee Felix, tante."

"Kok mau menjadi kekasih Changbin? Padahal anak ini sangat kaku dan tidak seru."

Demi Tuhan, Felix sangat ingin tertawa mendengar ucapan mama dari dosen pembimbingnya itu. Ucapannya sangat benar, tapi kenapa sang mama berkata demikian soal anaknya? Di depan 'kekasihnya' pula. Sedangkan Changbin, lelaki itu memasang wajah kecut karena direndahkan oleh mamanya sendiri.

Felix berdehem untuk menahan tawanya kemudian anak itu menjawab dengan sangat manis.

"Namanya juga cinta, tante."

Changbin menoleh dengan cepat. Ia cukup terkejut mendengar jawaban mahasiswanya. Jiwa liar Felix sangat berguna di saat seperti ini. Sepertinya Changbin tidak salah memilih orang untuk dimintai bantuan. Ya, semoga saja.

"Aduh, dasar anak muda. Tapi nak, apa anak mama ini pernah menyakitimu?"

Mama Changbin bertanya dengan penasaran. Papa Changbin sih hanya diam, tapi beliau juga menunggu jawaban dari Felix. Ikut penasaran seperti istrinya. Kapan lagi bisa kepo soal anak semata wayang mereka yang sangat tertutup tentang kehidupan pribadinya.

"Mana ada, Ma."

Changbin berseru protes. Sedangkan Felix terlihat bingung mau menjawab apa, tapi jika ia jawab tidak pernah disakiti bukankah itu adalah sebuah kebohongan? Dosennya itu sudah menyakitinya berkali-kali, meski dalam konteks yang berbeda.

Seulas senyum miring terpatri di wajah manis Felix yang kemudian berganti dengan senyum manis. Waktu yang tepat untuk balas dendam, pikirnya.

"Sering, tante."

Three Words [ChangLix] Where stories live. Discover now