S A T U

73.1K 3.3K 153
                                    

A simple family drama.

*

*

*

Ngingg...

Aku segera berjalan ke arah teko air yang sudah mendidih. Pagi-pagi begini aku sudah berkutat di dapur untuk menyiapkan makanan. Meracik kopi untuk Mas Garin, kopi hitam dengan dua sendok gula tanpa susu. Kesukaan Mas Garin.

"Gina! Dasi hitam saya kamu taruh mana?!" teriakan Mas Garin, membuatku cepat-cepat meletakkan kopi panas di meja makan.

"Iya Mas sebentar!" Aku menaiki anak tangga dengan cepat ke arah kamar Mas Garin yang sudah menjadi kamarku juga.

Aku langsung masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk, takut Mas Garin sudah gopoh berangkat. Lebih parahnya, aku takut tumpukan baju yang kususun rapi berantakan karena ulah Mas Garin. Baru masuk, aku sudah lihat Mas Garin berdiri di depan cermin memasang dasi hitam yang ia teriakkan padaku.

"Sudah" ucap Mas Garin enteng.

Astaga Mas Garin. Tidak tahu apa dia, aku sudah berlari ke sini, demi cepat-cepat mencari dasinya. Eh, dia sudah siap dengan dasinya.

"Mas, kalau udah ketemu bilang, biar aku nggak buru-buru kesini" ceplosku. Aku memang orang yang suka nyeplos kalau ngomong.

"Hm"

Aku memilih kembali ke dapur, lagian Mas Garin juga sudah siap, kan. Sebelum ke dapur mampir dulu ke kamar anak kesayangan. Kamarnya masih tertutup. Jangan bilang putranya itu masih tidur. Aish, ini sudah pukul enam lebih. Kuketuk pintu kamarnya yang ada gantungan club bola kesukaannya, sebelum aku membukanya.

"Rizki waktunya sarapan" aku masuk ke kamar anak remajaku.

Dia masih mandi rupanya. Aku melihat sprei kamarnya masih berantakan. Jiwa ibu rumah tanggaku ini semakin meningkat, sejak menikah dengan Mas Garin. Melihat kerusuhan sedikit, membuatku ingin cepat bersih-bersih. Dengan cekatan aku bereskan tempat tidur anakku ini, melipat selimut tebalnya den mengembalikan ke tempatnya semula. Sebelum kembali ke dapur kumatikan AC kamarnya yang menyala.

"Cepat turun ya nak"

"Iya Ma" jawabnya dari dalam kamar mandi.

Astaga aku lupa kalau sedang merebus sayuran untuk menu urap-urap. Gara terlalu bersemangat mencari dasi Mas Garin yang ditemukan pemiliknya sendiri.

Benar saja sayurannya agak letoi gara-gara terlalu lama direbus. Aku menghela napas. Berharap rasanya sama, aku mencampur parutan kelapa dan bumbunya dengan sayuran letoi. Memindahkannya ke meja makan. Puas aku melihat nasi dan ikan goreng yang semalam dipesan anakku sudah siap di meja, tak lupa susu dan kopi Mas Garin.

Tidak menyangka di umurku ke 25 ini aku sudah jadi ibu rumah tangga dengan anak satu. Bangun pagi-pagi, memasak dan menyiapkan kebutuhan suami dan anak. Melihat pantulan diriku di lemari es kaca. Berdiri di dapur dengan daster polos potongan baru. Mengikat rambut panjangku, ingin memberi kesejukan di leherku ini. Gerah selesai masak.

"Anak kamu belum bangun?"

Ish, Mas Garin ini mengagetkanku saja. Sejak kapan sih Mas Suami ini sudah berdiri di belakangku. Terlalu fokus merenungi keadaan, sampai gak sadar Mas suami di sini.

"Sebentar lagi dia turun" aku berbalik badan.

Mas Garin berlalu, duduk di kursi meja makan. Aku mengupas buah apel yang lupa belum ku siapkan tadi. Salah satu agenda makanan yang wajib ada, sejak kedatanganku di rumah ini. Suami dan anaku itu jarang makan buah. Jadi, aku harus selalu menyiapkannya biar mereka terbiasa.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now