01 - 5 : Keluarga Ansong Kim dan Pungan Jo

460 32 1
                                    

Berita mengenai hilangnya ingatan Ratu Terpilih meluas mulut demi mulut di antara para pemilik telinga istana, utamanya Kim Jwageun, selaku kepala dari Keluarga Ansong Kim, yang juga merupakan paman dari Ratu Terpilih, mendengarnya langsung dari T...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berita mengenai hilangnya ingatan Ratu Terpilih meluas mulut demi mulut di antara para pemilik telinga istana, utamanya Kim Jwageun, selaku kepala dari Keluarga Ansong Kim, yang juga merupakan paman dari Ratu Terpilih, mendengarnya langsung dari Tabib Yoon.

“Ini bukan sekedar hilang ingatan biasa. Karena dihadapkan pada hari besar yang penting, beliau bahkan mengira dirinya sebagai orang lain,” tutur Tabib Yoon, kepada Kim Jwageun.

Kim Jwageun, yang tengah memanaskan besi untuk merapikan pakaiannya, mengangkat besi yang desis itu dari antara arang. Tabib Yoon menggeleguk ketakutan.

“Saat ini, hanya aku dan Ibu Suri Agung yang mendengar perkataanmu tadi,” ucap Kim Jwageun, yang berarti siapa pun di luar mereka berdua yang berada di ruangan ini ‘tidak diperkenankan’ mendengar apa pun, “Jika aku sampai mendengarnya lagi dari mulut orang lain …” Kim Jwageun mengancam.

“I-itu tidak akan pernah terjadi, Tuan,” Tabib Yoon gemetar ketakutan.

“Kau harus temukan cara untuk memulihkan kondisi Ratu Terpilih.”

“Baik,” jawab Tabib Yoon, dengan desah, lalu dia undur diri dari kamar ini, yang sesungguhnya adalah milik Ibu Suri Agung yang telah dipijat oleh Tabib Park yang buta.

Ibu Suri Agung yang bergelar Myeonggyeong, atau sebelumnya adalah Ratu Sunwon, merupakan kakak dari Kim Jwageun, sehingga oleh karena itu dia adalah bibi Ratu Terpilih, tapi beliau juga merupakan nenek jauh Raja Cheoljong yang merupakan cicit kandung dari Raja Jeongjo, ayah Raja Sunju yang adalah suami Ibu Suri Agung. Demi melanjutkan kepemimpinan, dia mengadopsi Raja Cheoljong sebagai anak—yang ketika itu statusnya tidak cukup kuat untuk dijadikan penerus takhta. Dia bangkit dari pijatan berbaringnya dan bicara, “Bagaimana kita akan mendudukkan anak yang hilang ingatan di kursi ratu?”

 Dia bangkit dari pijatan berbaringnya dan bicara, “Bagaimana kita akan mendudukkan anak yang hilang ingatan di kursi ratu?”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Kita hanya perlu mengingatkan kembali saja siapa dirinya dan mengembalikan ingatannya. Jangan terlalu dipikirkan. Apakah Anda berkenan untuk melihat kondisinya langsung?”

“Terlalu banyak mata yang melihat. Kita tidak perlu membiarkan mereka melihat langsung seorang anak yang bahkan tidak bisa mengenali orangtuanya sendiri.”

MR. QUEENWhere stories live. Discover now