15 - 1: Prolog

158 16 0
                                    

Berminggu-minggu yang lalu, Ratu pernah mengusulkan sebuah isyarat pada Raja; isyarat yang menandakan bahwa yang dikata adalah dusta. Ketika itu Raja menolak, karena, katanya, seorang raja tidak melakukan kebohongan. Tapi, malam ini, untuk pertama kalinya, Cheoljong ‘menggunakan’ isyarat itu. Dia melipat telunjuk dan jari tengahnya di belakang badan; menunjukkannya pada Bonghwan yang segera sadar akan maksud dari isyarat tersebut.

“Oh! Ough!” Bonghwan lantas berdrama atas ‘kematian’ si kecil Dam Hyang. Dia bersimpuh mendekap Dam Hyang sembari meratap, “Apa dosa anak yang masih kecil ini?!” dan—

Alkohol, batin Bonghwan, dia tidak meminum racun! Dan Bonghwan melanjutkan dramanya, “Tangan yang mungil ini, mustahil membuat dosa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alkohol, batin Bonghwan, dia tidak meminum racun! Dan Bonghwan melanjutkan dramanya, “Tangan yang mungil ini, mustahil membuat dosa. Hihihihihiks!”

Tangannya hangat. Dia masih hidup! Oh, Bonghwan sungguh lega, tapi … “Oh. Oh-hohohohoh. Dam Hyang-ah!” Bonghwan terus meratap dengan sangat sedih, hingga menggerakkan Hong Yeon untuk maju membopong ratunya pergi.

Melihat itu, Kim Byunghak mendesiskan ejekan dan Ibu Suri PUAS sekali telah membuat, setidaknya, Ratu—yang dia harapkan mati—jatuh ke dalam nestapa. Dam Hyang ‘mati’ meninggalkan duka.

Lantas Dam Hyang, yang sebetulnya tidak mati, digerobak keluar istana oleh tiga pesuruh pria sekaligus. Sesuai aturan, mengenai siapa pun yang dikenai hukuman mati, mayatnya akan dibuang ‘secara terbuka’ dan dibiarkan dimakan oleh hewan-hewan liar. Tapi, sebelum melewati gerbang, Hong Byeolgam menghentikan mereka.

 Tapi, sebelum melewati gerbang, Hong Byeolgam menghentikan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tuan,” ketiga pesuruh menyapa.

“Nah,” Hong Byeolgam memberi seikat kecil koin emas untuk ketiga pesuruh itu, lantas, “Janganlah kita biarkan mayat anak ini dimakan hewan liar di gunung. Biar, aku akan memakamkannya dengan laik.”

Ketiga pesuruh pun, karena duka dan rasa kasihan, setuju itu. Lantas mereka membiarkan membiarkan Hong Byeolgam memangku ‘mayat’ gadis kecil ini dan pergi dengan gerobak kosong.

















 Lantas mereka membiarkan membiarkan Hong Byeolgam memangku ‘mayat’ gadis kecil ini dan pergi dengan gerobak kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di pendopo dekat danau yang tenang dan sepi, Raja menunggu. Lalu, Ratu pun datang berlari seraya,  “Bagaimana dengan Dam Hyang? Dia baik-baik saja, kan?” bertanya, memberondong.

“Sekarang dia sudah meninggalkan istana dengan selamat,” jawab Raja, tenang, dan, “Aku pun memerdekakan ibunya yang menjadi budak dan telah menyusun jalan agar mereka bisa meninggalkan Hanyang dalam waktu dekat.”

“Ooh, jadi dia akan bertemu dengan ibunya? Ah, syukurlah. Anak itu sedih sekali, dan khawatir, karena ibunya hanya punya empat kuku.” Bonghwan senang Dam Hyang bertemu kembali dengan ibunya, Raja pun gembira melihat ratunya lega.

“Tapi gimana ceritanya? Kau memberinya obat tidur?” Bonghwan penasaran tentang terkaparnya Dam Hyang di penghukuman tadi, dan jawabannya adalah, “Aku menggunakan mafeisan.” (Mafeisan, secara harfiah berarti ‘bubuk rebus ganja’ yang merupakan anestesi umum yang menggabungkan anggur dengan ramuan herbal guna keperluan operasi oleh Hua Tuo, seorang tabib Tiongkok yang hidup pada akhir Dinasti Han Timur. [en.m.wikipedia.org])

“Oh! Yang … dipakai Hua Tuo buat operasi itu?”

“Kau tahu itu?”

“Tahu dong, waktu kecil kan aku sering baca ‘Roman Tiga Kerajaan’ yang versi anak-anak.” (Roman Tiga Kerajaan, novel sejarah abad ke-14 yang menceritakan tentang Hua Tao menyembuhkan jenderal Guan Yu yang terkena panah beracun di lengannya selama Pertempuan Fancheng pada tahun 219. [en.m.wikipedia.org])

“Roman Tiga Kerajaan?” Cheoljong bahkan belum pernah mendengar tentang buku itu.

BUK. Bonghwan menepuk lengan Cheoljong, “Kau itu. Harusnya bilang-bilang dulu, dong, kalau punya rencana begitu.”

“Situasinya genting,” kata Raja, dan berbahaya pula jika ada terlalu banyak yang tahu.”

Pangeran Yeongpyeong datang.

“Kau sudah mendapat kabar dari Komandan Hong?” tanya Raja padanya, dan Pangeran Yeongpyeong menyebutkan bahwa Dam Hyang telah dipastikan aman; selamat ke pangkuan ibunya. Bonghwan dan Raja SENANG sekali mendengarnya, hingga memuji.

Pangeran Yeongpyeong berkata, “Tidakkah Anda terlalu gegabah, Yang Mulia, menempatkan diri dalam bahaya hanya demi seorang pelayan?”

“Ini bukan tentang seorang pelayan,” kata Raja, bijak, tapi, “Jika aku tak memperjuangkan anak itu sekarang, maka, di lain waktu, aku pun tak akan ‘ragu’ untuk ‘merelakan’ puluhan, ratusan, lantas seluruh rakyat sekalipun.”

Si Cheoljong nih, kukira dia hanya raja yang bodoh, tapi bodoh banget gak ada obatnya.

“Heh, jangan muluk-muluk kalau mengkhayal. Umurmu gak akan panjang,” kata Bonghwan, mengundang kesinisan Pangeran Yeongpyeong.

“Tanpa mengurangi rasa hormat,” kata Raja, “aku memang tidak bermaksud berumur panjang.”

“Uh, bagus banget tuh alasannya.”

“Ssh,” Pangeran Yeongpyeong tak tahan lagi. Dia hampir mengumpat Ratu, tapi—

“Ratu hanya berterima kasih,” kata Raja, pengertian, “dan memang seperti inilah caranya. Ratu selalu memiliki cara yang unik dalam berbicara.”

“Hmh,” Bonghwan nyengir, “Kalau begini, ‘Kosakata Ratu’-mu itu gak berguna dong; kau menerjemahkan apa-apa seenaknya begini.”

“Kau melihat buku itu, Ratu?” Raja sangat kaget.

“Bukunya pun tergeletak gitu aja di meja!”

Oh, Raja sungguh malu.

“Tapi,” Ratu melanjutkan, “ngomong-ngomong, apa jadi ratu itu memang seberbahaya ini, ya? Kenapa semua orang ribut banget, sih, ingin membunuhku?”

“Bagaimanapun aku tak akan membiarkan hal yang sama terjadi lagi padamu, Ratu,” Raja berjanji tapi—

“Tidak,” jawab Ratu, menolak, “aku akan gunakan caraku sendiri. Cara bertahan hidup terbaik itu, ya, menyerang,” dan … Mulai sekarang, AKULAH ‘PREMAN’ ISTANA INI, “EUAAAARGH!” Bonghwan menunjukkan ‘kejantanannya’, hingga Raja canggung di depan Pangeran Yeongpyeong yang bingung.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang