14 - 2: Ramalan Hari Ini

246 10 0
                                    

Di Balai Seonwon, Ibu Suri tampak tergesa-gesa memeriksa pelataran doa mendiang putranya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Di Balai Seonwon, Ibu Suri tampak tergesa-gesa memeriksa pelataran doa mendiang putranya. Dan, oh, dia lega seketika, mendapati pelataran doa tersebut baik-baik saja.

“Ah, syukurlah. Rupanya hanya mimpi,” decaknya, lega, “tapi rasa-rasanya, mimpi itu teramat nyata. Lukisan Mendiang terbakar tak bersisa. Ini tentu karena aku tak diterawang dengan benar tempo hari. Tak bisa dibiarkan. Dayang Han, aku HARUS diterawang lagi.”

“Tapi jika timbul kekacauan lagi, bagaimana, Yang Mulia?” Dayang Han kurang setuju.

“Aku ada mengenal seorang biksu. Dia tidak akan tampak mencurigakan di mata kebanyakan orang. Tak akan menjadi masalah.” Ibu Suri kekeh ingin diterawang. Karenanya, tak ada pilihan lain, biksu itu pun didatangkan dan membacakan doa-doa untuk Ibu Suri guna menerawang masa depannya.

 Karenanya, tak ada pilihan lain, biksu itu pun didatangkan dan membacakan doa-doa untuk Ibu Suri guna menerawang masa depannya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

“Apa yang Anda lihat?” tanya Ibu Suri, segera saat Biksu Choi tiba-tiba diam di tengah doanya.

“Saya melihat,” jawab Biksu Choi, “istana berlumur darah.”

“Darah?”

“Itu artinya hari ini akan ada yang wafat di istana.”

Semua orang terhenyak.

“Siapa?” Ibu Suri harus tahu.

“Siapa orangnya tidak bisa saya tahu, tapi …” Biksu Choi berpejam lagi, bertasbih hingga gemetar dan, mendapatkan, bahwa yang akan wafat adalah, “seorang wanita.”

“Wanita?! Ouh,” Ibu Suri jadi takut, “wanita itu bukan aku, bukan? Mohon tuliskan aku jimat; jimat yang bisa melindungi nyawaku.”

“Saya bukan dukun, Yang Mulia.” Biksu Choi menolak dengan segala hormat.

“T-tapi mestinya ada jalan, bukan?” Ibu Suri seketika gelagapan, “Lakukan apa saja. Lakukan apa pun agar nyawaku selamat!”

“Jika begitu, berikanlah persembahan untuk Buddha.”

“Baik. Aku akan berikan apa saja,” Ibu Suri tidak bisa membiarkan wanita yang akan mati hari ini itu adalah dirinya. Bagaimanapun itu TIDAK BOLEH terjadi.








MR. QUEENDonde viven las historias. Descúbrelo ahora