18 - 1: Prolog

80 4 0
                                    

"TUNGGU!” Bonghwan berteriak cukup keras. Dia ingin bicara dengan Cheoljong. Tapi, Cheoljong terus berkuda menjauh, malah dia berkuda dengan lebih cepat.

“BERHENTI! TUNGGU!” Bonghwan menjerit, tapi Cheoljong bahkan tak menoleh padanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“BERHENTI! TUNGGU!” Bonghwan menjerit, tapi Cheoljong bahkan tak menoleh padanya. Ini sungguh membuat Bonghwan tidak tenang. Sebenarnya apa yang terjadi?
Kemudian Hong Yeon, Dayang Choi, dan Hong Byeolgam datang menyusul.

“Selagi aku tidur, Raja datang, ya?” Bonghwan perlu memastikan sesuatu, dan Dayang Choi menjawab ‘ya’, yang artinya semua yang tadinya Bonghwan pikir adalah mimpi nyatanya bukan.

“Kenapa tiba-tiba dia jadi begitu? Ada apa?” Bonghwan bertanya pada Hong Byeolgam, yang agak bingung, lantas menjawab, “Saya dengar, terjadi pemberontakan besar di Selatan, Yang Mulia.”

“Apa? Tapi … kenapa dia sampai begitu?” Bonghwan sungguh tidak mengerti. Di matanya, Cheoljong tidak tampak seperti seseorang yang pergi untuk menyelesaikan permasalahan negri. Ini terlalu—

“Usah cemas, Yang Mulia,” saran Dayang Choi dan, “Ya. Yang Mulia Raja akan segera kembali,” sahut Hong Yeon, menambahkan.

Bonghwan menghenyak dan, “Yah, pasti ada alasannya, kenapa dia buru-buru pergi seperti ini. Paling, dia cuma mau nge-cek terus balik lagi, kan? Daripada buang-buang waktu, pamitan dulu dan semacamnya, mending langsung pergi saja, kan? Yah, pasti begitu.” Bonghwan bicara pada dirinya sendiri, dan, jujur, dia sendiri tidak bisa memercayai perkataannya sendiri, dan semua orang tahu itu.

















” Bonghwan bicara pada dirinya sendiri, dan, jujur, dia sendiri tidak bisa memercayai perkataannya sendiri, dan semua orang tahu itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Akhirnya kursi itu akan segera berganti ‘tuan’. Kau sungguh telah menuntaskan segalanya.” Ibu Suri Agung memuji Kim Byeongin di hadapan kursi raja yang kosong.

“Ini semua terwujud karena putusan Yang Mulia Ratu, Yang Mulia.” Kim Byeongin membuat Ibu Suri Agung bertanya-tanya, lantas dia menjelaskan bahwa, “Demi kemaslahatan jabang bayi, beliau kembali pada golongan dan meninggalkan Raja.”

“Jika begitu, demi pewaris takhta, aku mesti menerima Ratu kembali,” simpul Ibu Suri Agung, praktis, membuat senyum kecil menyungging di ujung bibir Kim Byeongin.

“Saya akan menjamin; Anda tidak perlu lagi cemas akan kekuasaan.” Kim Byeongin berjanji, dan Ibu Suri Agung puas mendengarnya. Akhirnya, dia akan benar-benar menguasai ‘kursi itu’ kembali.

Dan, untuk memenuhi janjinya pada Ibu Suri Agung, Kim Byeongin bertarung mati-matian dengan Cheoljong di tengah hutan. Mereka telah sampai pada pertarungan yang amat sengit.

 Mereka telah sampai pada pertarungan yang amat sengit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TANG! Pedang Kim Byeongin dan Cheoljong berdentang. Kim Byeongin menyerang dan Cheoljong bertahan. Kim Byeongin terus menyerang, sehingga Cheoljong harus melakukan perlawanan dengan melangkah di batang pohon kemudian MENEKAN bahu Kim Byeongin dengan sisi pedangnya yang tajam.

Kim Byeongin bertahan sebisa mungkin, dan, sebagai balasan, dia melukai lengan Cheoljong. Kini posisi mereka sama kuat dan sama lemah. Maka keduanya sama mundur, mengambil aba-aba, dan para prajurit Kim Byeongin siap untuk membantu tapi ditahan oleh pemimpin mereka, sementara Cheoljong dan Kim Byeongin memulai kembali pertarungan mereka dengan lebih sengit.

Kim Byeongin menyerang terlebih dahulu, dan Cheoljong menangkis serangan itu dengan pedang di tangan kirinya yang masih ‘sehat’.

TANG! TANG! TANG! TANG! SLINK! Pedang mereka berdentang dan menyerit. Cheoljong terdorong hingga berlutut oleh serangan Kim Byeongin, tapi dia justru memanfaatkan pedang Kim Byeongin dalam usaha membalikkan serangan.

Usaha Cheoljong berhasil. Kim Byeongin kehilangan pedangnya, tapi Cheoljong pun demikian selagi membebaskan diri dari pojokan Kim Byeongin. TRANG! Pedang Kim Byeongin menunjam dan berdiri di tanah. Sementara Kim Byeongin tersungkur, Cheoljong pergi melarikan diri. Kim Byeongin segera menyusulnya dengan pedang yang berdiri tadi.

Cheoljong berlari menuruni bukit dengan lengan yang kesakitan. Dia bertahan dalam kesakitannya dan terus berlari hingga ke ujung tebing. Dia terjebak oleh jalan; tak ada jalan lagi di depannya selain sungai yang sangat jauh di bawah. Cheoljong terkepung oleh Kim Byeongin dan pasukannya.

Kim Byeongin berkata, “Menyerahlah,” dengan keyakinan sangat tinggi bahwa dia pastilah menang dalam pertarungan ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kim Byeongin berkata, “Menyerahlah,” dengan keyakinan sangat tinggi bahwa dia pastilah menang dalam pertarungan ini. Tapi, Cheoljong tidak menyerah begitu saja. Dia menatap ke dalam ‘wajah kemenangan’ Kim Byeongin, membaca rautnya, lantas menyusun sebuah rencana. Dan rencana itu adalah ….

SYUUUNG. BYAR! Cheoljong menghilang di kedalaman sungai. Kim Byeongin tidak bisa menemukannya, betapa pun dia menunggu. Kim Byeongin jatuh ke dalam geram.

 Kim Byeongin jatuh ke dalam geram

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MR. QUEENWhere stories live. Discover now